Pengap. Ruangan ini mengungkungku semakin dalam. Dinding-dinding berlumut menertawakanku. Hanya aku, sendirian terkurung dalam nestapa ketidakberdayaan. Teman-temanku sudah lama pergi. Mereka dijual beramai-ramai setahun yang lalu oleh anak majikanku untuk menebus utang yang ditinggalkan oleh mendiang bapaknya. Dulu aku berpikir, mungkin saja aku disisakan karena aku kesayangan bapaknya. Sepertinya pikiranku keliru, aku tak lebih dari sebuah alat yang dulu tertinggal dari kawanan dan sekarang terlupakan.
KEMBALI KE ARTIKEL