Setiap jarum tajam, adalah pengingat rindu,
Di antara kelopak yang merona, terpatri rasa,
Bait-bait kenangan, mengalir dalam hening.
Rindu ini, seperti embun pagi,
Menetes lembut, tapi meninggalkan bekas,
Setiap sentuhan, seakan membawa luka,
Namun, tetap kupegang, meski terasa perih.
Duri itu, saksi bisu perjalanan hati,
Menciptakan jarak antara impian dan nyata,
Setiap kali kau pergi, duri itu menusuk,
Meninggalkan rasa, tak kunjung sirna.
Dalam diam, aku belajar menerima,
Bahwa rindu adalah bagian dari cinta,
Seperti duri yang menguatkan akar,
Kukumpulkan semua rasa dalam pelukan waktu.
Mawar dan duri, tak terpisahkan,
Seperti cinta dan kerinduan yang mendalam,
Di balik setiap luka, ada keindahan,
Yang mengajarkan arti cinta sejati.