Kami menabur benih-benih asa, Â
Dengan tangan yang penuh cinta, Â
Menyemai harapan yang tak pernah pudar.
Setiap langkah di tanah desa, Â
Mengguratkan jejak pengabdian, Â
Dalam sunyi dan sepi yang menyapa, Â
Kami bekerja dengan ketulusan.
Benih-benih harapan kami tanam, Â
Di ladang hati yang penuh kasih, Â
Mengharap tumbuh dan berbuah, Â
Menjadi mimpi yang terwujud nyata.
Mentari pagi menyinari langkah kami, Â
Menghangatkan hati yang penuh semangat, Â
Dalam setiap tetes keringat yang jatuh, Â
Ada harapan yang terus menyala.
Ladang hati ini luas terbentang, Â
Siap menerima setiap benih kebaikan, Â
Kami merawat dengan doa dan usaha, Â
Agar tumbuh subur dalam keabadian.
Hujan turun membasahi tanah, Â
Menyiram benih yang mulai tumbuh, Â
Dalam setiap tetes air yang jatuh, Â
Tersimpan harapan yang tak pernah surut.
Di bawah langit yang biru cerah, Â
Kami menyaksikan keajaiban, Â
Benih harapan yang kami tanam, Â
Mulai tumbuh, menjulang tinggi.
Dalam kesederhanaan hidup desa, Â
Kami belajar arti kesabaran, Â
Bahwa setiap usaha yang tulus, Â
Akan berbuah manis pada waktunya.
Malam tiba dengan rembulan purnama, Â
Menerangi ladang hati yang tenang, Â
Kami duduk merenung sejenak, Â
Melihat benih harapan yang mulai bersemi.
Di ladang hati yang penuh cinta, Â
Kami menyemai harapan tanpa henti, Â
Mengharap masa depan yang cerah, Â
Bagi desa dan semua yang dicintai.
Dalam setiap detik yang berlalu, Â
Kami terus merawat dengan penuh kasih, Â
Menyemai harapan di ladang hati, Â
Agar tumbuh menjadi mimpi yang abadi.