Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Cinta Ima

28 April 2023   08:58 Diperbarui: 28 April 2023   09:04 136 0


"Jon, kamu mau ke mana?" Wanita paruh baya itu bertanya pada sang anak yang hendak menghidupkan motor.

"Mau ke rumah calon mantu emaklah. Doain ya, Mak!" Jon melajukan motor, meninggalkan pekarangan rumah.

Hari ini dia akan mengajak jalan wanita yang menjadi kekasihnya sejak bulan lalu. Senyum manis menghiasi bibir pria jangkung itu. Dia memakai baju kaus hitam dengan celana jeans warna hitam pula. Dia juga mengenakan sepatu sport berwarna putih berbintik-bintik hitam.

"Sayang, kamu cantik hari ini," puji Jon saat mereka ada di taman. Wanita yang mengenakan baju biru muda itu tersenyum malu-malu. Pipinya memerah.

"Makasih," balasnya kemudian menunduk.

"Oh ya, kamu tau nggak kenapa bunga itu mekar?" Jon mengarahkan telunjuk ke setangkai mawar merah.

Ima mengikuti arah telunjuk Jon. Dia menjawab, "Karena dia hidup."

Jawaban Ima sontak membuat Jon terbahak-bahak. "Gak itu, Sayang. Coba kamu pikirkan lagi." Dia mengulum bibir agar berhenti tertawa.

"Ya ... karena dia hidup. Kamu yang aneh, masa nanya kenapa bunga mekar. Kalau dia nggak hidup, kan gak mungkin mekar. Dia hidup makanya mekar!" seru Ima. Dia mengayunkan bibir, terlihat menggemaskan.

"Duh, Sayang. Aku tu, tadi mau gombal. Eh, kamu gak peka. "Jon terkekeh, menarik sang kekasih ke dalam dekapan. "Bunga itu mekar karena ada kita di sini."

"Kok bisa?" Sontak Ima melepas pelukan. Dia menatap wajah Jon dengan serius.

"Karena kita dipenuhi dengan cinta, bunga juga ikut bahagia," tutur Jon. Dia menggaruk kepala yang tak gatal. Kaku sendiri.

"Hahaha!" Tawa Ima meledak, bahkan sampai memegang perut. "Apaan, sih, gak jelas." Dia menampol pipi Jon pelan.

"Ya, maaf. Aku gak pande gombal. Hehe ...," ucap Jon pelan.

"Gak jago gombal juga aku tetap sayang, kok." Ima meraih tangan Jon. Mengecupnya lembut.

Jon terlonjak kegirangan, tubuhnya memegang. Jantung Jon bergemuruh mendapat perlakuan itu. Sedangkan Ima malah semakin bergelayut manja di lengannya. Ima ... kau sungguh luar biasa.

"Sayang ... tanganku sakit," keluh Jon. Dia berusaha terbebas dari kungkungan Ima.

Ima melonggarkan, menarik tangan. "Maaf, Yang. Aku terlalu senang," ujarnya tersenyum manis.

Jon mengangguk."Kita ke sana, yuk!" Dia bangkit, menuntun sang kekasih. Mereka berjalan bergandengan menuju penjual bunga. Senyum Jon merekah, dia berniat membelikan sekuntum mawar merah untuk Ima. Namun, saat akan membayar dia kelabakan karena tak menemukan dompet di kantong celana.

 Ima yang melihat itu pun bertanya,"Ada apa, Sayang?"

"Do-dompetku keknya ketinggalan, deh," ucapnya berbisik. Sontak Ima membelalakkan mata.

Jon mengusap wajah frustrasi. Ke mana dompet itu? Perasaan tadi sudah dimasukkan ke kantong. Gaji bulan ini juga masih di situ semua, belum ada yang dibagi pada emak.

Di saat keresahan melanda, tiba-tiba dua orang polisi menghampiri. Jon kaget, dia menoleh kanan-kiri. Namun, tak ada Ima lagi. Ke mana kekasihnya itu?

"Selamat siang, Mas. Tadi kami memperhatikan mas sedang bersama seorang wanita. Dia adalah buronan sejak sebulan lalu." Pak Polisi berkulit gelap berbicara tegas.

"Apa! Buronan! Maksudnya apa?" Wajah pria itu memucat.

"Iya, Mas. Dia adalah pencopet handal yang sering berulah di mana-mana. Kami rasa mas ada kaitannya dengan masalah ini. Maka ikut kami ke kantor sekarang!" Kedua polisi itu menarik paksa Jon.

"Tapi, Pak, saya benar-benar gak tau apa-apa tentang dia. Saya tidak tahu kalau dia itu--"

"Jelaskan semua nanti di kantor!" sela polisi itu dengan cepat.

"Hei, bunganya bayar dulu!" teriak penjual bunga, dia berkacak pinggang. Ketiganya menoleh.

"Minta bayar sana sama wanita sialan itu!" teriak Jon membalas. Kedua polisi itu memasukkannya ke mobil tahanan, lalu melaju cepat. Apa-apaan ini! Semua impian Jon hilang dalam sekejap. Apa yang akan dijelaskan pada emak? Makan apa mereka nanti? Jon menyeka kedua sudut mata. Semua salahnya, tak hati-hati. Dia tergoda wajah cantik si Ima yang ternyata wanita singa.

Selesai.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun