Ini adalah sebuah kisah cinta dari dua manusia yang memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT. Yang membuatnya menarik adalah karena keduanya menyimpan rasa cinta itu dalam diam. Kisah cinta mereka sangat terjaga kerahasiaannya dalam kata, sikap, maupun ekspresi keduanya. Bahkan konon setan pun tak bisa mengendusnya. Mereka menjaga kesucian cintanya hingga Allah SWT menghalalkannya. Dan hebatnya lagi, sebelum keduanya di sahkan menjadi suami istri, Allah SWT sudah terlebih dahulu menikahkannya di langit.
Ali bin Abi Thalib adalah sepupu dan salah satu sahabat yang istimewa bagi Rasulullah. Sayyidina Ali tinggal bersama Rasulullah dan beliau merupakan seorang ksatria yang gagah perkasa. Beliau mengikuti semua perang, kecuali perang tabuk. Dan tak di ragukan lagi, Sayyidina Ali adalah sosok laki-laki yang hebat. Sayyidina Ali di lahirkan dari seorang ibu bernama Fatimah binti Asad. Di mana Asad adalah anak dari Hasyim.
Ketika Sayyidina Ali lahir ke dunia, Rasulullah sangat bahagia karena beliau tidak memiliki anak laki-laki. Keluarga Sayyidina Ali pun memberikan kesempatan kepada Rasulullah dan Sayyidah Khadijah untuk mengasuh Sayyidina Ali dan menjadikannya sebagai putra angkat. Rasulullah dengan senang hati menerima Sayyidina Ali di keluarganya karena ayahnya yaitu Abi Thalib adalah orang yang telah merawat Rasulullah sedari kecil hingga beliau dewasa. Sementara itu, Fatimah Az-Zahra adalah putri Rasulullah yang sangat taat dan paling di sayang oleh ayahnya. Fatimah selalu berada di samping ayahnya dalam setiap kisah perjuangan agama islam di tengah kafir Quraisy. Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah adalah dua orang yang sangat di sayangi oleh Rasulullah.
AWAL MULA SAYYIDINA ALI MENYUKAI SAYYIDAH FATIMAH
Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah bersahabat sejak mereka kecil. Sejak Sayyidah Fatimah masih kanak-kanak, Sayyidina Ali sudah sering memperhatikan keshalihahan dan tingkah laku Sayyidah Fatimah. Pada suatu hari, Rasulullah pulang dengan kondisi berlumur darah dan kepala beliau berlumur isi perut unta. Sambil menangis sedih, Sayyidah Fatimah membersihkan luka ayahnya dengan perlahan dan penuh cinta. Sayyidah Fatimah merasa sakit hati, ayahnya tak pantas di perlakukan seperti ini oleh kaumnya.
Maka seketika itu, Sayyidah Fatimah yang masih kecil itu pun bangkit dan berjalan menuju ka'bah. Di sana ada para pemuka Quraisy yang tengah tertawa dan seolah membanggakan tindakan mereka terhadap Rasulullah. Dan waktu pun terasa seketika berhenti saat dengan keberaniannya Sayyidah Fatimah membentak mereka dan melakukan pembelaan terhadap ayahnya. Sayyidina Ali yang menyaksikan hal itu, mendadak merasakan hatinya seperti berdesir hebat. Ada rasa kagum yang tidak dapat di jelaskannya.
Apakah ia telah jatuh cinta kepada Sayyidah Fatimah?
SAYYIDAH FATIMAH DI LAMAR PRIA LAIN
Ketika tumbuh dewasa, Sayyidina Ali adalah pemuda yang miskin. Ia hanya tinggal di sebuah gubuk yang sangat kecil. Di dalamnya tak ada harta apa-apa. Hanya ada pedang, baju besi, serta beberapa tepung kasar untuk membuat roti. Kendaraannya pun hanya seekor unta yang sudah sangat tua.
Pada suatu hari, ada berita yang berhasil membuat Sayyidina Ali tersentak. Tersebar sebuah kabar bahwasanya Sayyidah Fatimah di lamar oleh seorang pria. Bahkan orang yang melamar Sayyidah Fatimah ini bukanlah orang biasa. Dia adalah orang yang akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Rasulullah. Pria yang melamar Fatimah adalah pria yang beriman dan akhlaknya tidak di ragukan lagi. Bahkan dia adalah orang yang membela islam sejak awal risalah kenabian. Dia adalah sahabat Abu Bakar As-Shidiq RA.
Sayyidina Ali pun berkata. "Siapalah aku di banding Abu Bakar As-Shidiq? Lihatlah, betapa hebatnya Abu Bakar As-Shidiq dalam berdakwah. Dan lihatlah, berapa banyak tokoh bangsawan serta saudagar Makkah yang masuk islam di tangannya. Abdurrahman bin Auf, Ustman bin Affan, Thalhah, Zubair, dan Sa'ad bin Abi Waqash. Sedangkan aku? Ali bin Abi Thalib yang semasa kanak-kanak kurang pergaulan. Dan lihatlah lagi betapa banyak budak muslim dan kaum fakir yang di bebaskan dan di bela oleh Abu Bakar As-Shidiq. Bilal, Habab, keluarga Yassir serta Abdullah ibnu Mas'ud. Sedangkan aku tak sanggup melakukan semua itu. Dari sisi ekonomi pun, Abu Bakar As-Shidiq adalah seorang saudagar. Insyaallah beliau lebih bisa membahagiakan Fatimah. Sedangkan aku? Ali bin Abi Thalib, hanyalah pemuda Arab miskin yang berasal dari keluarga miskin."
Kemudian Sayyidina Ali terdiam sejenak dan kembali berkata. "Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku dan aku mengutamakan kebahagiaan Fatimah atas cintaku."
Ternyata Allah SWT berkehendak lain. Lamaran Abu Bakar di tolak oleh Sayyidah Fatimah dan Rasulullah. Berita ini membuat semangat Sayyidina Ali tumbuh kembali untuk mempersiapkan diri menyambut Sayyidah Fatimah. Tapi, setelah Sayyidina Ali berusaha memantaskan dirinya untuk Sayyidah Fatimah, ternyata cobaan kembali menerpanya. Ada pria lain yang mencoba melamar Sayyidah Fatimah. Pria ini pun tak kalah hebatnya dengan Abu Bakar. Pria ini adalah pria sholeh yang gagah perkasa. Pria ini merupakan tokoh yang sejak masuk islam, menjadikan kaum mukminin berani untuk unjuk gigi. Pria ini adalah pria yang di paling di takuti oleh para setan dan membuat musuh-musuh Allah dari golongan manusia bertekuk lutut di hadapannya. Pria ini juga memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah yaitu sahabat Umar bin Khattab RA.
Umar memang belakangan masuk islam jika di bandingkan Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang tidak tahu kalau Umar adalah sosok di balik semangat kaum muslimin sejak beliau masuk islam. Umar juga yang melakukan pembelaan paling dahsyat kepada Rasulullah serta kaum muslimin jika di rendahkan oleh orang-orang kafir. Dan sekali lagi, Sayyidina Ali mencoba untuk ikhlas dan merelakan Sayyidah Fatimah untuk Umar bin Khattab. Namun kemudian Sayyidina Ali kembali di buat bingung karena lamaran dari Umar pun juga di tolak oleh Sayyidah Fatimah dan Rasulullah.
Tak sampai di situ, salah seorang sahabat Rasulullah yaitu Abdurrahman bin Auf yang merupakan salah satu orang paling kaya raya di Arab datang menemui Rasulullah dengan maksud melamar Sayyidah Fatimah. Abdurrahman membawa 100 ekor unta Mesir bermata biru serta uang sebanyak 10.000 dinar. Namun sekali lagi, Rasulullah dan Sayyidah Fatimah pun menolak lamaran itu.
Akan tetapi kekhawatiran Sayyidina Ali belum berakhir sampai di sini karena ternyata para sahabat yang lain pun juga ikut melamar Sayyidah Fatimah. Tak terkecuali juga sahabat Ustman bin Affan. Ustman juga melamar Sayyidah Fatimah dengan membawa mahar sama seperti yang di bawa oleh Abdurrahman. Dan ternyata, lamaran Ustman pun juga di tolak oleh Sayyidah Fatimah dan Rasulullah.
Kini empat sahabat sudah memberanikan diri untuk melamar Sayyidah Fatimah putri Rasulullah tersebut namun semuanya di tolak oleh Rasulullah.
SAYYIDINA ALI MELAMAR SAYYIDAH FATIMAH
Pada suatu hari, ketika Sayyidina Ali sedang bersama dengan para sahabat Anshar, salah seorang sahabat Anshar berkata. "Wahai sahabatku, Ali. Mengapa bukan engkau saja yang mencoba melamar Fatimah? Aku punya firasat bahwasanya engkaulah yang selama ini di tunggu-tunggu oleh Baginda Nabi."
kemudian Sayyidina Ali menjawab. "Siapa? Aku?"
Lalu mereka berkata. "Iya, engkau wahai saudaraku."
Sayyidina Ali menjawab. "Wahai saudaraku, seperti yang kalian tahu aku hanyalah pemuda miskin. Tidak ada yang bisa aku andalkan."
Kemudian para sahabat Ashar pun berusaha untuk menguatkan Sayyidina Ali. "Tak ada salahnya engkau mencoba wahai saudaraku. Kami di belakangmu."
Lantas Sayyidina Ali berpikir mungkin tidak ada salahnya juga ia mencoba dan menyampaikan maksud hatinya kepada Sayyidah Fatimah dan Rasulullah. Pada suatu hari, Sayyidina Ali pun akhirnya datang menemui Baginda Nabi dan menyampaikan maksud untuk melamar putri kesayangannya. Ketika Sayyidina Ali sudah berhadapan dengan Baginda Nabi, Nabi pun bertanya. "Wahai putra Abi Thalib, apa yang engkau inginkan?"
Bukannya menjawab, Sayyidina Ali malah terdiam membisu. Beliau merasa sangat gugup. Kemudian Rasulullah pun mempertegas pertanyaannya. "Wahai Ali, engkau ada perlu apa datang kesini?"
Sayyidina Ali masih diam, lidahnya terasa membeku. Kemudian Rasulullah bertanya lagi. "Wahai Ali, apakah engkau kesini hendak melamar Fatimah?"
Sejenak, Sayyidina Ali terdiam. Kemudian dengan suara bergetar Sayyidina Ali menjawab. "Iya, Rasulullah. Aku hendak meminang Fatimah."
Lalu Rasulullah beranjak pergi dan menemui putrinya, Sayyidah Fatimah. Beliau hendak bertanya apakah Sayyidah Fatimah mau menerima lamaran dari Sayyidina Ali. Ketika di tanya, Sayyidah Fatimah terdiam. Rasulullah pun akhirnya menyimpulkan bahwasanya diamnya Sayyidah Fatimah pertanda kesetujuannya. Kemudian tanpa bertanya lagi, Rasulullah kembali menemui Sayyidina Ali dan bertanya. "Wahai Ali, apakah engkau memilki sesuatu yang bisa engkau jadikan sebagai mahar?"
Sayyidina Ali senang bukan kepalang karena ternyata lamarannya di terima. Sayyidina Ali tak menyangka kalau ternyata Sayyidah Fatimah menerimanya. Padahal sebelumnya Sayyidina Ali sudah sangat pasrah dan sudah menerima jika lamarannya akan di tolak. Sayyidina Ali pun akhirnya menjawab. "Orang tuaku menjadi penebusnya untukmu, Ya Rasulullah. Selama ini tak ada yang ku sembunyikan darimu. Aku hanya memiliki seekor unta untuk membantuku menyiram tanaman. Kemudian ada sebuah pedang dan sebuah baju zirah dari besi."
Sambil tersenyum, Rasulullah pun bersabda. "Wahai Ali, tidak mungkin engkau terpisah dengan pedangmu karena dengannya engkau membela diri dari musuh Allah SWT dan tidak mungkin juga engkau berpisah dengan untamu karena ia engkau butuhkan untuk membantumu mengairi tanamanmu. Aku terima mahar baju besimu. Juallah dan jadikan sebagai mahar untuk putriku. Wahai Ali, engkau wajib bergembira sebab Allah SWT sebenarnya sudah lebih dahulu menikahkan engkau di langit sebelum aku menikahkan engkau di bumi." (Hadist ini di riwayatkan oleh Ummu Salamah RA)
Kemudian Sayyidina Ali menjual baju besi tersebut dengan harga 400 dirham dan menyerahkan uang hasil penjualannya kepada Rasulullah. Rasulullah pun langsung membagi uang tersebut menjadi tiga bagian. Satu bagian untuk kebutuhan rumah tangga, satu bagian untuk wewangian, dan satu bagian lagi di kembalikan kepada Sayyidina Ali sebagai biaya untuk jamuan makan untuk para tamu yang akan menghadiri pesta.
Setelah segalanya siap, dengan perasaan puas dan hati gembira dan di saksikan oleh para sahabat Nabi, mulailah Sayyidina Ali mengucapkan ijab qabul sebagai pertanda sahnya pernikahan. Kemudian Rasulullah pun bersabda. "Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah putri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib. Maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan mas kawin 400 dirham dan Ali ridho menerima mahar tersebut."
Keduanya akhirnya sah menjadi suami istri meskipun di dalam kehidupan sehari-sehari mereka selalu berada dalam kemiskinan. Bahkan di sebutkan bahwasanya Rasulullah sangat terharu dan bangga melihat tangan Fatimah yang kasar karena harus menepung gandum untuk membantu suaminya. Setelah di halalkan oleh Allah SWT, terjadilah dialog yang sangat menggetarkan.
Dalam suatu riwayat, di kisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Sayyidina Ali. "Wahai suamiku, maafkanlah aku karena sebelum menikah denganmu aku pernah merasakan satu kali jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya."
Sayyidina Ali pun bertanya. "Siapakah pemuda itu, wahai istriku? Mengapa engkau tidak menikah dengannya?"
Sambil tersenyum, Fatimah pun menjawab. "Pemuda itu adalah dirimu."
Dengan perasaan terharu, Sayyidina Ali pun tersenyum hangat sambil menatap istrinya, Sayyidah Fatimah.
Subhanallah. Itu adalah pujian terbaik dari seorang istri yang bisa membahagiakan hati suaminya. Mencintai dalam diam, kuat dan mengikhlaskan serta yakin bahwa Allah SWT selalu memberikan yang terbaik. Walaupun Ali bin Abi Thalib tidak memiliki ekonomi yang sempurna, tapi komitmennya sempurna. Sehingga Allah mempermudah jalannya.
* * *