Sebagai orang Betawi asli yang saya tahu biasanya pasti mahir bela diri (silat) dan mahir pantun, karena sudah turun menurun dan menjadi kebudayaan, contohnya setiap ada pernikahan atau acara apapun orang Betawi pasti menyambutnya dengan khas Pantun sebagai awal pembuka, seperti yang kemarin pernah saya lakukan bersama teman-teman mengunjungi komunitas ciliwung condet, yang sekarang menjadi tempat ekowisata sungai ciliwung di lingkungan condet, Jakarta Timur. Sebelum acara dimulai selain berdoa tokoh setempat memberikan pantun kepada kami, Pantunya seperti ini:
" Rokok Kaum Airnya Bening, Enak di Isep di Pagi Bute, Kalau Ciliwung Airnya Bening Kan Resep di Pandang Mate"
Pantun yang sangat menyentuh buat kami, kalau melihat keadaan air Ciliwung di Jakarta saat ini. Memang tidak semua orang Betawi harus mahir Pantun, Seperti abang yang satu ini untuk masalah ilmu agama dan pencak Silat gk perlu diragunakan lagi di samping itu beliau juga jago masalah persandian, jarang orang yang mau mempelajari ilmu sandi secara mendalam.
Seorang putra betawi yang lahir dan besar di kawasan kramat Sentiong Jakarta Pusat, 12 Juli 1951menikahi Hj. Alfina Efi Maria dan memiliki 4 Putri yang cantik. Beliau menghabiskan sebagian besar hidupnya di dunia Militer dan Intelijen, khusunya bidang telik sandi dan sekarang menjadi ketua Dewan Pimpinan Partai Demokrat DKI Jakarta.
Beliau memang tidak popular dimasyarakat umum, tetapi di lingkungan pemerintahan beliau pernah ditugaskan sebagai Atase Administrasi di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo, Mesirdan di Organisasi masyarakat Betawi beliau sebagai Ketua badan Musyawarah Masyarakat Betawi (BAMUS Betawi) dan Ketua Dewan Penasehat Forum Komunikasi Anak betawi (FORKABI), beliau merupakan salah satu putra Betawi yang berhasil menjadi Jenderal TNI AD dan Perwira teknik elektro.
Beliau merupakan salah satu lulusan terbaik dalam meyelesaikan pendidikannya di akademi Sandi Negarasehingga berhak menyandang gelar Ahli Sandi Tingkat III, gelar yang langka pada saat itu, dan tingkat Profesional ahli tertinggi di Republik Indonesia. Sebagai Perwira Sandi dan pernah menjabat menjadi ketua Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) yang memiliki satu keinginan yaitu mengabdi kepada Bangsa dan Negara. Beliau polopor sekolahTinggi Sandi Negara (STSN) yang kampusnya berada di Ciseeng, Bogor-Jawa Barat. Berdirinya STSN bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan kualitas SDM aparatur dalam bidang persandian yang mampu menjawab tantangan perkembangan teknologi Informasi dan ancaman terhadap pengamanan informasi rahasia Negara.
Beliau Pernah mengidolakan seorang Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang menjadi Kompassus , sosok yang gagah berani dengan matanya yang tajam seperti kucing pantas beliau mengidolakannya ia adalah Sarwo Edhie Wibowo (Tokoh Militer Indonesia).
Beliau adalah Mayor Jenderal (Purnawirawan) H. Nachrowi Ramli, biasa di panggil Bang Nara, di tangan beliau panji Sandi dikibarkan dalam arti yang sesungguhnya. Kata "Sandi" berasal dari bahasa sansekerta yaitu Sandhi. secara luas, persandian juga dikenal dengan sebutan kriptologi. Istilah Kriptologi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari Kriptos yang berarti tersembunyi (rahasia) dan Logos yang berarti ilmu. Jadi Kriptologi adalah Ilmu atau seni yang mempelajari semua aspek tulisan rahasia. (Sumber)
Mendengarkan kata Sandi atau Morse, teringat sewaktu saya sekolah dan masih aktif menjadi anggota Pramuka, sandi atau morse digunakan untuk menyampaikan pesan agar tidak dapat dibaca oleh musuh atau orang lain, sampai sekarangpun saya masih belum mahir karena tidak pernah digunakan jadi lupa, karena memang tidak mudah untuk mempelajari secara mendalam.
Kembali lagi ke putra Betawi yang mahir dengan persandian, Setelah mengabdi selama 34 Tahun, Beliau mengakhiri karirnya sebagai perwira intelijen dengan keahlian utama di bidang persandian pada tahun 2008. Beliau mendapatkanSatyalancana Dharma Nusa (Tanda Kehormatan RI yang telah berjasa dalam melaksanakan tugas operasi pemulihan keamanan ) lalu mendapatakan Bintang Jasa Utama (Bintang tertinggi, terhebat dan terbaik) karena pengabdiannya yang dianggap melebihi dari keharusan yang ada, dan 10 Tanda Jasa lainnya. Pencapaian yang tidak mudah untuk mendapatkannya, sehingga sudah tidak diragukan lagi pengabdiannya untuk Bangsa dan Negara.
Sosok Bang Nara yang terlihat kalem, beliau percaya pada satu prinsip manajemen yang diambil dari filosofi Jawa: Ambeg Paramarta (mendahulukan apa yang paling penting). Beliau meyakini, untuk bisa memutuskan mana yang paling penting dan perlu didahulukan, informasi menjadi kunci. Seribu solusi bisa diajukan tapi kalau tidak dilengkapi dengan informasi yang komprehensif,keputusan yang diambil seorang pemimpin menjadi tidak tepat. Ketersediaan informasi yang lengkap pun tak akan berarti apa-apabila tidak ada keberanian dari sang pemimpin untuk mengambil risiko, dalam hal ini adalah membuat suatu keputusan.
Demikian juga dalam konteks Menata Jakarta menjadikan kota yang lebih aman dan nyaman. Menurut Bang Nara, semua permasalahan akan dikaji komprehensif. Sebagai Ketua Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus Betawi) yang membawahi 114 organisasi, Beliau juga tidak menutup mata terhadap berbagai permasalahan sosial yang ada. Desakan ekonomi membuat warga Betawi merasa tersingkirkan sehingga perlu membentuk organisasi-organisasi. Kuncinya adalah pemberdayaan, di samping orang Betawi sendiri harus meningkatkan kemampuannya sehingga mempunyai daya saing yang memadai. Sejalan dengan kedudukannya sebagai Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia wilayah DKI Jakarta. kutipan: wikipedia.org
Secara tidak langsung beliau sudah mengangkat orang Betawi dalam prestasi dan karir, Karena yang tahu atmosfir Jakarta tentunya yang lahir di Jakarta, Manusia tentunya memiliki kekurangan tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, Hanya sang pecipta yang maha sempurna. tidak salahnya kita mendukung dan melestarikan budaya Betawi demi Jakarta yang lebih baik.***