Dalam dunia yang terus berkembang, peran perempuan dalam kepemimpinan telah menjadi topik yang semakin mendapatkan perhatian yang layak. Di tengah perdebatan mengenai kesetaraan gender, perempuan yang memimpin di berbagai bidang menghadapi tantangan unik yang seringkali terwujud dalam bentuk prasangka dan stereotip yang melekat padanya. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai belahan dunia, perempuan pemimpin masih sering menghadapi ketidaksetaraan dan prasangka berbasis gender. Namun, kita dapat memetik pelajaran berharga dari sebuah penelitian yang membandingkan praktik-praktik prasangka terhadap pemimpin perempuan dengan panduan Islam yang egaliter. Dalam artikel berjudul "Normative Islam, Prejudice and Women Leaders: Why Do Arab Women Leaders Suffer?" oleh Tamer Koburtay dan Tala Abuhussein, kita akan melihat bagaimana pandangan baru terhadap prinsip-prinsip Islam dapat mengatasi prasangka gender terhadap pemimpin perempuan di dunia Arab.Sebagai salah satu negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki sejarah panjang dalam menjalankan nilai-nilai Islam dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal kepemimpinan. Namun, seringkali kita masih melihat ketidaksetaraan gender dalam berbagai bidang, termasuk dalam politik dan bisnis. Oleh karena itu, artikel ini dapat memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana Islam seharusnya mendukung kesetaraan gender dan bagaimana pemahaman yang keliru terhadap agama ini dapat memengaruhi pandangan terhadap perempuan dalam kepemimpinan.
KEMBALI KE ARTIKEL