Kusesap perlahan penuh kehangatan
Sembari menatap lukisan senja di langit kota
Beradu dengan cahaya hiruk pikuk jalanan
Hatiku tak segemuruh klakson dan deru mesin di bawah sana
Meski rinduku bergaduh di dalam cawan kesepian
Berharap bayangmu membuncah di kelopak mata
Lalu mewujud dengan sentuhan nyata membelai raga, akan kah?
Kueja makna yang berkelindan di ujung mata
Terlihat isyarat kegundahan
Jangan pernah bertanya tentang kita
Rindu telah menjawab sebelum berkelebat aroma dendam
Hatimu adalah suara paling gemuruh di dada
Tak pernah berhenti menyeruak igauan
Jangankan bayangan, jiwaku telah bersemayam disana
Bahkan saat matamu rapat terpejam