Ya, istilah 'mata sebagai jendela dunia' ada benarnya. Ciptaan Allah yang disematkan sebagai indera penglihatan bagi manusia ini, sangatlah penting karena dengannya kita bisa melihat indahnya alam semesta dengan segala warna dan bentuk. Termasuk menikmati samudera ilmu melalui sebuah bacaan.
Saat menulis artikel ini, saya menggunakan alat bantu pandangan dengan menggunakan contact lens. Sudah hampir delapanbelas tahun menjadi pengguna setia. Saya tidak menggunakan kacamata, karena mata minus yang cukup tinggi, sehingga takkuat rasanya menggunakan kacamata dengan lensa tebal. Kepala teras pusing dan berat pada bagian hidung dan telinga.
Pada pertengahan bulan Januari 2021 lalu, saya mengalami infeksi pada mata kiri akibat terlalu lama menggunakan tablet saat menulis. Abai pada kelelahan mata yang saya alami, mengakibatkan mata merah dan linu jika terkena sinar lampu atau sekedar memandang cerahnya langit. Akhirnya saya memeriksakan kondisi tersebut ke dokter spesialis mata. Berdasarkan tiga kali kontrol selama pengobatan dan pemulihan, alhamdulillaah kondisi mata saya berangsur membaik. Pelajaran yang sangat berharga untuk saya.
Nah, Pembaca yang budiman, pada umumnya seseorang akan mengalami perubahan penglihatan pada jarak pandang, baik rabun dekat (hipermetropia) maupun rabun jauh (miopi) pada usia tertentu.
Rabun dekat dan rabun jauh sama-sama membuat mata sulit fokus untuk melihat benda-benda di sekitar. Rabun jauh terjadi ketika cahaya yang masuk justru jatuh di depan retina, sementara rabun dekat disebabkan oleh cahaya yang masuk ke belakang retina.
Menurut dr. Niken Nuringsih Rachmawati, Sp.M , (dokter spesialis mata yang berpraktek di Klinik Spesialis Mata SMEC Cabang Samarinda, Kalimantan Timur), kelainan refraksi pada manusia ada beberapa macam diantaranya myopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), astigmatism (silindris) dan presbiopia (rabun dekat usia lanjut).