Menengadah langit menyapu mata yang basah
Menulis cerita pada sehelai kanvas bertintakan darah
Tanpa ada kata walau sepatah
Suaranya tercekat di tenggorokan
Memalingkan wajah dari si bungsu yang berlari ke pelukan ayah
Dan si sulung yang didekap bunda
Meraup iba dari semesta
Lalu bagaimana dengan dia?
Yang sibuk menjeremba
Tidak tau harus memeluk siapa
Ia terluka, tapi siapa yang percaya
Hidupnya baik-baik saja kata mereka
Ia terpaksa tertawa di atas lara yang tak pernah terbaca