Tidak sebaliknya justru semakin banyak orang terinfeksi seperti saat ini, bahkan hampir semua  provinsi besar di Indonesia menjadi wilayah pandemik.
Saya dan kita semua sebagai warga negara Indonesia memiliki peran dan tanggung jawab besar turut serta menjaga dan melindungi bangsanya dari berbagai hal yang mengganggu dan melemahkan. Walau prihatin dan miris mengetahui jumlah orang terinfeksi terus bertambah, tetapi sudah menduga akan seperti ini akibat dari awal wabah masuk Indonesia tidak berupaya serius dalam mencegah dan menangani wabah agar tidak menulari lebih banyak orang, apakah upaya dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus saling bergandengan tangan.
Mirip seperti saat kepulangan MRS ke Indonesia di masa pandemik yang disambut ribuan pengikutnya, tidak ada upaya khusus dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat mencegah kerumunan massa yang sangat besar sehingga jumlah orang terinfeksi virus semakin banyak dan telah mencapai satu juta lebih saat ini.
Masyarakat juga sudah berupaya sekuat tenaga memberikan masukan bagi pemerintah (pusat dan daerah), agar DKI sebagai wilayah pandemik terbesar harus melakukan lockdown hanya untuk sementara waktu hingga benar-benar dipastikan keadaan sudah dapat dikendalikan/terkendali mengingat DKI sebagai sentral ekonomi Indonesia, dan tujuan penerbangan internasional dari negara lain masuk ke Indonesia.
Ditambah jumlah penduduk DKI yang besar jika tidak dilakukan upaya maksimal untuk mencegah penularan lebih luas maka DKI menjadi zona merah pekat. Jika ditangani dengan serius dari awal maka dapat ditekan jumlah orang tertular Covid-19 selama 11 bulan hingga sekarang. Dengan demikian sangat meringankan beban biaya dan effort serta lebih mudah penanganannya, daripada harus seluruh wilayah Indonesia menjadi zona merah, semakin berat, mahal dan sulit menyikapi selanjutnya.
Contoh baik sudah dilakukan kota Wuhan di China sebagai sumber wabah, dengan melakukan lockdown pada kota tersebut, untuk meminimalisir penularan otomatis tidak ada kontak fisik di ruang publik. Apalagi di era digital seperti sekarang semua dapat dilakukan melalui teknologi digital yang canggih, justru lebih efisien namun tetap efektif.
Sebagai salah satu negara yang ada di dunia, sulit bagi Indonesia jika hidup sendiri tanpa bisa melakukan upaya kerjasama dalam mendapatkan solusi bagi kesehatan dan keselamatan manusia, apalagi masalah yang dihadapi sama. Tidak terkesan abai terhadap kemunculan virus, menjadikan saling terkunci dan semakin merepotkan.
Perbedaan pandangan kan selalu ada, terpenting arah dan spiritnya mengarah ke satu tujuan yaitu keselamatan hidup seluruh rakyat Indonesia. Dalam situasi ini justru sangat dibutuhkan konsentrasi dan tanggung jawab pemerintah agar masyarakat tidak menjadi korban keteledoran pemerintah.
Sudah banyak tenaga kesehatan dan masyarakat yang paling terdampak kesehatannya meninggal dan ekonomi semakin terpuruk dikhawatirkan berujung chaos dan keamanan nasional terganggu. Hanya perlu menurunkan ego masing-masing para pemangku kepentingan saja pun sulit dilakukan (karena berpolitik tidak dengan cara yang sehat) berdampak kemana-mana. Bahkan negara dalam keadaan krusial masih sulit memunculkan kesadaran untuk saling menyelamatkan apalagi waktu berjalan terus. Lupa jika musuh yang sangat berbahaya itu adalah virus corona, itu musuh bersama bangsa Indonesia apapun warna, golongan serta statusnya.
Miris melihat cara pikir para pemimpin jika keadaan terus memburuk, mengingat jumlah rakyat Indonesia sangat banyak dibutuhkan semua pihak sadar dan berupaya untuk saling koordinasi, kerjasama dan menguatkan dalam menghadang virus ini lebih luas. Negara sebagai regulator harus mampu menjalankan aturan dengan tegas sehingga rakyat tahu, paham dan  mematuhinya. Tidak berlama-lama dalam masalah, segera keluar dari persoalan yang sebenarnya.
Hampir satu tahun masyarakat hidup bertarung melawan Covid-19, sejatinya setiap orang sudah tahu apa dan bagaimana cara menghadapi serta berniat kukuh untuk menyelamatkan diri, namun sebagian masyarakat terkesan acuh atau mungkin berpasrah pada keadaan atau agar tidak cemas menganggap virus ini tidak ada, semua masih biasa saja, toh akhirnya semua orang akan mati juga. Sikap perilaku yang demikian akhirnya menjadi faktor lain meningkatkan jumlah orang terpapar virus. Situasi seperti ini memberi pengaruhi psikis bagi masyarakat yang sehat, yang sudah berjuang untuk menghindari tertular selama ini dan keadaan seperti ini sangat tidak adil dirasakan bagi mereka yang sehat.
Tanpa disadari juga, akhirnya menjadi negara pertama di Asean yang memiliki jumlah tertinggi orang terinfeksi virus dan meninggal.
Ini sangat memalukan bagi Indonesia di mata internasional, Â dianggap sebagai bangsa lemah karena tidak mampu melakukan upaya pencegahan dengan baik. Dapat dibaca dengan sederhana bahwa pemerintah Indonesia belum memiliki kemampuan baik untuk menjaga dan melindungi rakyatnya dari serangan wabah virus, apakah karena terlalu fokus pada kepentingan kelompoknya masing-masing, lupa jika Indonesia dipantau dunia. Kemampuan sebuah negara dapat mengatasi masalah yang dihadapi dengan cepat adalah bukti bahwa negara tersebut memiliki kualitas SDM yang mumpuni. Apalagi Indonesia memiliki Pancasila dimana pada sila kedua Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, Â paradoks pada kenyataannya.
Semoga yang dilalui semua ini menjadi intropeksi bagi pemerintah utamanya dan masyarakat Indonesia umumnya. Sampai kapan kondisi seperti ini terjadi? Dapatkah ditekan angka orang terinfeksi virus?
Saya dan kita semua bukan peramal, tapi jika melihat sikap dan perilaku yang terlihat selama ini sejak awal wabah masuk, dapat diprediksi akan seperti apa kelanjutannya, bukan bermaksud pesimis namun akan semakin berat beban kita semua.
Indonesia sebagai negara yang terkenal spiritualitasnya sejatinya dapat mengendalikan diri dengan baik, apalagi jika menghadapi dinamika yang sangat dinamis, justru situasi ini dapat membuat kita semua saling menguatkan untuk terhindar dari wabah. Dalam scope kecil saja seorang teman dokter kesulitan mengendalikan keadaan di lingkungannya dalam situasi wabah begini. Masih banyak masyarakat yang tidak patuh pada aturan bersama di ruang publik misal untuk selalu memakai masker jika berada di luar rumah, menjaga jarak jika keluar rumah, hindari kerumunan dan rajin mencuci tangan dan gunakan sanitizer (3 M). Dilihat dari kelompok masyarakat yang kecil itu sebagai cermin bagaimana sulitnya mengatur masyarakat pada scope yang lebih luas. Walau saat ini sudah dilakukan penyuntikan vaksin, bukan serta merta kita bisa mengabaikan prokes 3 M di ruang publik. Â
Kesadaran masyarakat sangat diperlukan untuk terus disiplin, mengingat sudah banyak keluarga, kerabat, sahabat, teman yang terinfeksi, jika setiap pribadi peduli maka keluarga kan terselamatkan otomatis lingkungan lebih luas, karena setiap orang/kelompok sudah komitmen secara mandiri untuk terhindar dari wabah dan selamat. Tidak ada lagi kata-kata yang bisa disampaikan kecuali kata penyemangat bahwa virus wabah ini adalah musuh kita bersama, musuh bangsa Indonesia dan seluruh manusia di bumi.
Jadikan ini sebagai momen untuk merenung, berpikir dan bertindak rasional, jujur dalam menjalankan tanggung jawab bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Kesampingkan ego kepentingan politik, nyawa bangsa Indonesia harus diselamatkan dulu. Hilangkan pikiran untuk mengambil keuntungan lebih banyak untuk kepentingan golongan dalam bentuk apapun, jika bekerja dengan sikap berani, tulus serta kesetiaan terhadap bangsa dan negara Indonesia semua menjadi lebih ringan.
Tampilkan bahwa bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang berbudaya, jika bertemu orang asing sangat ramahnya, lalu mengapa tidak lebih ramah kepada bangsa sendiri?
Jakarta, 28.01.2021
Dr. SusiLawati MA., M.Han