Semasa kita masih bernapas, mengapa tak menciptakan kebahagiaan? Mengapa sering mencari kesalahan? Tak akan pernah ada pasangan yang sempurna. Manusia sempurna karena tidak sempurna.
Dulu semasa kerja praktek (KP) di pabrik pupuk, aku dan peserta lain diminta mengangkat tangan kanan oleh Pembina KP. "Ikuti perkataan saya! Demi Allah Swt, saya bersumpah untuk menaati peraturan dan tak selingkuh dengan staff perusahaan selama KP di sini."
Kami pun mengulangi kalimat Sang Pembina dengan wajah cengar-cengir. Sang Pembina menceritakan sumpah ini harus dilakukan karena baru minggu lalu seorang direktur dilabrak mantan istri. Ia berselingkuh dengan seorang mahasiswi yang KP di sini. Bahkan, sang direktur yang berusia setengah baya menceraikan istrinya dan menikah dengan sang mahasiswi. Sang mantan istri pun mengamuk di kantor perusahaan dan menuduh semua staff bersekongkol menutupi perselingkuhan suaminya. Tega banget sih kalian menutupi perselingkuhan suami saya! Kalian membela suami saya dan si pelakor? Jadi bawahan memang serba salah.
Dalam artikel ini perselingkuhan akan dihadirkan dalam studi kasus agar lebih mudah dianalisis. Semoga tidak dianggap ghibah, tapi bertujuan untuk memahami motif perselingkuhan dan kiat bagaimana menghindari terjadinya perselingkuhan semaksimal mungkin. Semua nama disamarkan untuk menjaga privacy dan tak bermaksud menyindir siapa pun.
Studi Kasus 1: Perselingkuhan Suami akibat Motif Ekonomi.