Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kkn

Hantu KKN

21 Mei 2024   23:33 Diperbarui: 21 Mei 2024   23:39 145 1
HUHUHUHU.


"Suara apakah itu?" Bisik Rico pada kedua kawan KKN-nya, Mario dan Yudha. Keduanya sudah terlelap di dalam kantung tidurnya. Mereka tidur bersama-sama di ruang tamu rumah kosong di atas bukit karena ruang itulah satu-satunya yang paling layak untuk ditempati. Ruang-ruang lainnya sudah terlampau bobrok. Tidak ada tempat tidur yang layak. Tidak ada kasur yang empuk. Rico pun memijit hidung Mario yang berbaring di sebelah kanannya.


"Apaan sih? Paling juga bunyi angin gunung," sahut Mario sembari menepis tangan Rico.


"Please, kalian jangan berisik. Aku lelah dan mengantuk sekali," hardik Yudha. Ia menarik kantung tidur bagian kepalanya hingga menutupi telinganya. Bahkan, ia memiringkan badannya agar membelakangi kedua kawannya.


Rico menghela napas. Ia memejamkan mata dan berusaha tidur. Tak berapa lama ia pun terlelap. Dalam mimpinya yang hanya berupa bayangan hitam, ia merasa ada suatu makhluk yang mengganduli kaki kirinya. Aduh! sekarang makhluk itu menggigit jempol kaki kirinya. Miki Tikus-kah?


Rico terbangun dan langsung keluar dari kantung tidurnya sembari menepuk-nepukkan kantung tidurnya. Mario dan Yudha pun terbangun akibat suara Rico yang terus mengumpat.


"Ada apa?" Tanya Yudha dengan suara penuh kantuk.


"Kau ini berisik terus," keluh Mario. "Tak biasanya kau bertingkah begini."


"Ada makhluk yang menggigit jempol kakiku. Tapi, aku tak bisa menemukannya," jelas Rico. "Lihatlah! Jempol kaki kiriku bengkak."


Mario dan Yudha terpana melihat jempol Rico yang tidak bengkak sama sekali.  


"Kau hanya kelelahan dan bermimpi. Jempolmu baik-baik saja," hibur Mario.


"Tapi..."


"Sudahlah. Sebaiknya, kita tidur lagi. Besok kita akan bersenang-senang sebelum memulai kegiatan KKN kita di Desa Rembulan. Memancing dan membakar ikan di tepi danau," kata Yudha dengan antusias.


Rico pun menuruti nasehat kedua temannya. Mereka pun kembali tidur.


***

Keesokan harinya, suasana pebukitan begitu indah. Rico, Yudha, dan Mario menyanyi dengan riang sembari membakar ikan dengan api unggun di tepi danau. Rico berhasil menangkap 5 ekor ikan mas yang gemuk. Ia pun memasak sup jamur yang lezat dari bahan-bahan yang disediakan oleh alam. Semua makanan tersebut habis tak bersisa. Mereka bersantai di bawah pohon jati besar hingga tertidur karena kekenyangan.


Tiba-tiba Rico terbangun dari tidurnya. Ia bermimpi sangat buruk, yaitu dikejar hantu berkepala kadal hingga keringat dingin mengucur deras di pelipisnya. Ia menghela napas lega ketika menyadari itu hanya mimpi buruk. Kemudian, ia menoleh ke arah kedua temannya dan berteriak. Ia melihat kepala Yudha dan Mario berubah menjadi kepala kadal!


"Lagi-lagi kau berisik, Rico. Ada apa?" Tanya Yudha. Ia membentangkan kedua tangannya sembari menguap lebar.


"Kepala kalian berubah menjadi kepala kadal," bisik Rico ketakutan.


"Kau berhalusinasi. Mana mungkin kepala kami berubah menjadi kepala kadal. Tapi wajah kau yang berubah mengerikan. Penuh dengan bisul," sergah Yudha dengan kesal. Ia menunjukkan bayangan mereka berdua pada cermin saku, "Lihatlah! Wajahku tetap nor..."


Yudha berteriak seperti guntur. Karena terkejut melihat bayangan wajahnya sendiri, ia menjatuhkan cerminnya hingga pecah.


"Apa yang terjadi? Mengapa wajah kita seperti ini? Bagaimana kita KKN besok dengan wajah seperti ini?"


Mario yang baru saja terbangun, berkata dengan santai, "Apa sih yang sedang kalian diskusikan? Serius sekali. Tidur siangku nyaman sekali. Bahkan, aku bermimpi kencan dengan gadis cantik bergaun hijau di tepi danau."


Rico dan Yudha saling berpandangan. Siang itu juga mereka memutuskan untuk turun bukit menuju Desa Rembulan. Mereka akan menggunakan masker yang bisa menutupi sebagian besar wajah mereka.


***

"Rico, kau yakin ini jalan yang benar? Perasaanku, kita sudah menempuh jalur ini," kata Mario dengan nada khawatir.


"Benar, aku yakin sekali. Aku sudah mematahkan dahan dan mengikatkan pita," jawab Rico.


"Mengapa aku merasa ada yang kurang ya dalam perjalanan ini?" Tanya Mario.


Mereka terkesiap dan baru tersadar. Yudha! Di mana Yudha?


Rico dan Mario terpaksa kembali menelusuri jalur. Setelah sejam perjalanan kembali, mereka bernapas lega ketika melihat Yudha berada di bawah pohon besar dekat bekas area mereka berpesta ikan bakar.


"Yudha, mengapa kau hanya diam mematung di sana? Maafkan kami tidak menyadari kau tertinggal."


Yudha menggeram. Ia tampak begitu murka. Tiba-tiba ia mengacungkan pisau lipat. "Aku yakin kalian berdua bersekongkol meracuniku. Wajahku berubah seperti kadal. Tapi, wajah kalian normal."


"Wajahku sama denganmu. Sedangkan wajah Rico penuh bisul," kata Mario. "Kami berdua juga heran mengapa hal ganjil ini menimpa kita bertiga."


"Lihatlah! Wajah kalian sudah normal. Mana penawar racun atau sihirnya? Pinta Yudha. Ia menunjukkan wajah Mario dan Rico yang sudah kembali normal melalui cermin sakunya. Mario dan Rico pun berseru kegirangan, tanpa menyadari kilatan berbahaya di mata Yudha. "Mana penawar racunnya?"


"Penawar racun apa? Kami sama sekali tak meminum apa pun selama perjalanan tadi," sergah Rico.


"Aku tak percaya. Kalian berbohong. Kalian menjebakku. Kalian berdua minum racun yang sama denganku, tapi kalian minum penawarnya," tuduh Yudha.


"Jika kami berniat begitu, untuk apa kami kembali menjemputmu?" Tanya Mario dengan kesal.


"Mungkin kalian ingin memastikan apa aku telah tewas atau tidak." Kemudian, ia menikam Mario tepat di jantungnya.


Melihat Mario yang roboh di hadapan matanya, Rico langsung melarikan diri. Tapi, Yudha yang kesetanan terus mengejarnya hingga Rico terdesak di tepi ngarai yang berada tak jauh dari lokasi mereka.


"Yudha, tenanglah. Pikirkan baik-baik. Mana mungkin aku dan Mario meracunimu. Bukankah awalnya kita semua dalam kondisi yang sama? Bahkan, wajahku penuh dengan bisul."


"Jangan banyak beralasan!" Teriak Yudha. "Mana penawar racunnya? Aku tahu kamu dan Mario diam-diam membenci diriku yang lebih kaya dari kalian."


Rico terjerembab. Ia sudah sangat terdesak hampir jatuh ke tepi jurang. Tapi, Yudha yang kesetanan, mencekik lehernya. Rico pun berusaha melawan. Mereka berguling hingga keduanya jatuh ke tepi ngarai...


***

"Saya tak habis pikir mengapa mereka semua mati dengan mengenaskan. Sepertinya, mereka saling membunuh," kata Oni, seorang relawan yang berhasil menemukan jenazah Rico dan Yudha di dasar ngarai. Jenazah Rico memiliki beberapa tikaman. Sedangkan, tangan Yudha masih menggenggam pisau lipat yang bernoda darah yang mongering.


Pak Oka menggeleng-gelengkan kepala. "Saya menemukan sisa jamur beracun di dalam kuali. Apa mungkin jamur itu yang membuat mereka berhalusinasi dan saling membunuh? Aduh, padahal desa kami sangat membutuhkan bantuan mereka. Anak-anak muda ini bukannya segera menemui dan melapor pada saya selaku Kepala Desa Rembulan. Mereka malah bersenang-senang di atas bukit tanpa menyadari risiko."


"Yang membuat heran, ada tengkorak perempuan tergantung di pohon besar yang berada dekat area terbunuhnya pemuda bernama Mario, sekaligus berada dekat rumah angker yang mereka inapi. Sepertinya, perempuan tersebut mati bunuh diri. Mungkin kebetulan saja kejadian ini terjadi dekat area perempuan tersebut bunuh diri. Kasus mereka ini penuh misteri. Apalagi danau ini terkenal angker," kata Oni.

Oni dan Pak Oka tak menyadari ada sepasang mata yang mengintai dari atas pohon. Gadis tersebut berkepala dan berekor kadal. Ia tersenyum senang karena ia tak kesepian lagi. Lidahnya yang bercabang mendesis-desis. Ada 3 roh halus pemuda yang akan menemaninya di keheningan bukit ini. Mereka bisa menghabiskan waktu bersama selamanya! Ah, betapa senangnya KKN bersama mahasiswa...

***
Seminggu kemudian

"Bapak Ibu, begini caranya agar sistem irigasi di Desa Rembulan tetap lancar," seru Rico penuh semangat. Ia memeragakan cara membuat saluran irigasi sawah.

Pak Oka yang penasaran menyibak kerumunan warga Desa Rembulan. Memangnya sudah ada mahasiswa KKN yang baru? Sejak kematian misterius Rico, Yudha, dan Mario, beberapa peserta KKN dari universitas lain membatalkan KKN.

"Memangnya Adik mahasiswa yang KKN di desa ini? Kok Bapak tidak tahu-menahu?"

Mahasiswa yang sedang sibuk menggali saluran irigasi itu, hanya terkekeh. Ia tak menjawab pertanyaan Pak Oka sehingga Pak Oka merasa tersinggung.

"Dik, tolong tatap mata lawan bicara. Adik kan mahasiswa KKN. Jaga sopan santun."

Mahasiswa itu malah tertawa berderai. Ia pun menengadah. "Memangnya Bapak berani menatap mata saya?"

Pak Oka terkesiap. Wajah mahasiswa itu wajah kadal! Masa tak ada warga desa yang menyadarinya? Pak Oka yang malang itu pun menoleh pada warga desanya. Ya Allah, mengapa semua warga desa berubah menjadi kadal?

"Apakah aku bermimpi? Atau, aku sudah tak waras?" Tanya Pak Oka pada dirinya sendiri. "Jangan! Jangan dekati aku...! TIIIIDAAAAAK..."

Rico, Mario, dan Yudha tertawa terbahak-bahak. Alangkah senangnya KKN di Desa Rembulan! Banyak program KKN yang akan mereka jalankan, termasuk program ekowisata. Ah,  akan semakin banyak teman yang akan bernasib serupa seperti mereka. Menjadi manusia kadal tak seburuk yang diduga...

------
Apa pengalaman unik kalian saat KKN?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun