Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Artikel Utama

Sodetan Sungai dengan Sistem Gorong-Gorong

17 Februari 2014   00:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 699 0

Ide membuat sodetan sungai Cisadane untuk mengurangi dampak banjir ke arah Jakarta telah digulirkan Jokowi-Ahok dan akhirnya dibatalkan karena dinilai berbahaya untuk wilayah Banten, Tangerang dan sekitarnya. Keputusan bersama yang diambil adalah segera melakukan normalisasi sungai dengan cara mengeruk. Entah itu merupakan keputusan final atau hanya keputusan sementara karena jalan buntu dan kehabisan akal.

Ketika mengetahui bahwa sodetan sungai Cisadane dibatalkan (semoga hanya sementara) dengan alasan akan memindahkan banjir ke wilayah Banten dan sekitarnya, yang ada dalam benak saya adalah membayangkan yang kira-kira dipikirkan para pimpinan daerah tersebut. Dugaan saya yang paling kuat adalah, bahwa mereka, sama halnya dengan kebanyakan orang lain, pasti berpikir bahwa sebuah sodetan sungai pastilah berbentuk sungai juga yang sifatnya terbuka dan bisa meluap serta menerjang kemana-mana.

Memang aliran sungai bisa diatur dengan pintu-pintu air, tetapi tetaplah menimbulkan kekawatiran buat wilayah yang dilalui: “Ya kalau sistemnya berjalan benar, kalau tidak? Yang celaka ya daerah yang dilalui.” Tak ada yang bisa menjamin aman 100%, malahan nantinya bisa menimbulkan saling tuding siapa yang paling bertanggung-jawab ketika banjir besar melanda daerah-daerah yang dilalui.

Jalan pikiran di atas wajar dan umum, tapi menurut saya kurang luas dan kurang jeli. Ada satu hal penting yang tidak pernah dipikirkan sampai mereka mengambil keputusan bersama untuk membatalkan. Hal tersebut adalah, bahwa sodetan sungai bisa berupa gorong-gorong tertutup dengan diameter yang cukup besar (antara 5 – 10 m). Dengan sistem gorong-gorong tertutup tersebut, jelas tidak mungkin muncul kekawatiran akan mengalihkan banjir ke wilayah lain.

Mari kita kaji lebih jauh sistem sodetan sungai dengan membuat gorong-gorong tertutup tersebut:

1.Jika Pak Jokowi cs punya ide membuat sodetan sungai, tentu mereka sudah berpikir tentang jalur yang akan dilalui dan kemana membuangnya. Jalur tersebut tentu bisa juga dipakai untuk menanam gorong-gorong. Jadi persoalan jalur sudah tidak menjadi masalah. Malahan dengan sistem gorong-gorong yang tertimbun di dalam tanah, tidak perlu mengorbankan fungsi lahan bagian atasnya (masih bisa dipakai untuk aktivitas manusia), berbeda jika wujudnya adalah sungai terbuka.

2.Dari segi teknologi pelaksanaan juga tidak akan menjadi hambatan. Pak Jokowi pernah punya ide membuat “deep tunnel” berdiameter sampai 40 m, maka kalau hanya membuat gorong-gorong berdiameter sekitar 5 – 10 m ya jauh lebih mudahlah..

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun