kaulah ibu yang melahirkan kata-kata, menyusuiku setiap hari dengan air inspirasi,
hingga tumbuh besarlah aku menjadi anak puisi.
***
-Tangan Lembut Ibu-
angin muson barat berembus membawa hujan, setelah musim kemarau yang berkepanjangan
seperti tangan lembut Ibu;
mengusap dadaku ketika 'ku kehausan
mengusap rambutku ketika memberi nasihat, doa dan harapan.
***
-Menjelang Panen-
di balik raut wajah sedih ibu
aku melihat senyum pada setangkai padi yang mulai menguning.
***
-Karena Kaulah Permataku-
berjuang di tengah kehidupan padang gersang, mencari sumber mata air
untuk membasuh luka pada telapak kakimu, Ibu.
***
-Kehilangan-
pada hari itu
seketika jiwaku hening
tertunduk lesu di halaman rumah ibu
di antara suara doa yang melengking
di antara kibar bendera kuning.
***
-Puisi Paling Cinta-
Ibu ...
bagiku, gurat keriput wajahmu adalah puisi paling cinta; curahan kasih sayang sepanjang perjalanan hidupku.
***
-Kasih Ibu-
kasihmu, Ibu
adalah doa;
wangi bunga yang selalu mekar di taman hatiku; sepanjang waktu.~