Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Majelis Taaruf Laa Tansa: Ajang Ikhtiar Para Pencari Jodoh

6 Oktober 2010   01:15 Diperbarui: 4 April 2017   16:12 78 1
"Selain untuk memfasilitasi kalangan yang belum memiliki jodoh, tujuan awal pendirian majelis ini adalah untuk menjadikan pernikahan sebagai solusi dari permasalahan yang muncul di tengah masyarakat,"



Apa yang ada dalam benak kita saat membayangkan seorang perempuan berusia 73 tahun? Boleh jadi kebanyakan dari kita menggambarkan dia sebagai lazimnya sosok nenek-nenek yang tua, renta, dan sudah beranak pinak. Namun, saat Alhikmah berkunjung ke sebuah Majelis di kawasan Dago, Utara Bandung, gambaran tentang sosok tadi tak sepenuhnya benar. Ia memang sudah tua, tapi masih perawan. Tanpa suami, apalagi anak dan cucu.

Kok bisa? Bisa saja, dan ini adalah kenyataan. Pembaca Alhikmah bisa menemui sosok tadi di sebuah Majelis Taaruf (perjodohan) bernama "La Tansa". Sesuai dengan arti dari La Tansa itu sendiri, jangan bersedih, majelis taaruf yang berlokasi Masjid Agung As-Salam, Ciburial Dago, Bandung ini banyak menampung para ikhwan (laki-laki) dan akhwat (perempuan) yang berharap mendapatkan jodoh, agar tidak bersedih lagi.

Dan fantastis, tidak kurang dari 3500 anggota sudah terhimpun di majelis ini. 615 pasang diantaranya telah berujung di pelaminan, alias menikah.

Mulanya tahun 2004. Tanpa sengaja, KH. Muchtar Kholid, sang Pembina Majelis, kebanjiran jemaah yang hendak berkonsultasi seputar jodoh. Biro taaruf Islami ini pun kemudian berdiri. "Selain untuk memfasilitasi kalangan yang belum memiliki jodoh, tujuan awal pendirian majelis ini adalah untuk menjadikan pernikahan sebagai solusi dari permasalahan yang muncul di tengah masyarakat," ungkap KH. Muchtar Kholid, saat ditemui Alhikmah awal Maret 2010 lalu.

Tidak sedikit diantara para jemaah yang datang adalah para wanita korban penipuan kaum adam, korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan praktik-praktik perdukunan. Minimnya pemahaman agama adalah diantara faktor yang membuat mereka kehilangan banyak materi, waktu, bahkan kesucian.

Cara Bergabung

Bagi Anda yang berminat untuk bergabung di Majelis La Tansa, caranya mudah saja. Isi biodata Anda selengkap mungkin. Untuk operasional, Anda cukup mengeluarkan 50.000 rupiah saja di awal pendaftaran sebagai anggota. Seterusnya, Jamaah diwajibkan untuk menghadiri pengajian bulanan, plus pembinaan dari para ustadz, pengurus majelis. Bahkan di Majelis La Tansa ini, setiap anggota yang hendak memasuki jenjang taaruf yang lebih spesifik lagi, akan mendapatkan pendampingan penuh, tanpa dipungut biaya sepeserpun.

Jika salah satu biodata anggota yang dibukukan itu ditandai oleh lawan jenisnya, dan hendak berlanjut untuk proses taaruf, maka pihak pengelola akan mempertemukan kedua belah pihak. Didampingi salah seorang penanggung jawab taaruf, sepasang anak manusia yang tengah berikhtiar itu biasanya yang memutuskan apakah proses tersebut akan dilanjutkan atau tidak. Jika ada yang melanggar aturan dan kemudian melakuan pertemuan dan komunikasi tanpa sepengetahuan pihak La Tansaa, secara otomatis tidak menjadi tanggung jawab La Tansaa. Artinya hubungan itu tak diakui pihak La Tansaa.

Apabila memang ada kecocokan, penanggung jawab taaruf kemudian memrosesnya pada tahap lanjutan, yakni tahap sosialisasi pada orang tua. Jika ternyata ada ketidakcocokan dari orang tua, perjodohan itu tidak lantas dipaksakan. Keputusan akhir tetap diserahkan kepada para peserta yang hendak menjalani bahtera rumah tangga.

"Pernikahan ‘kan tujuannya bukan memberatkan, tapi harusnya menjadi solusi. Makanya kami tidak ingin mempersulit jamaah," ungkap Muchtar.

Kewalahan Menangani Jamaah

Perjalanan majelis ini sangat cepat. Diakui Muchtar mereka sempat kewalahan menangani para jemaah yang datang. Apalagi perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang datang sangat tidak berimbang. "Satu Banding Sembilan. Satu laki-laki bisa bertemu dengan Sembilan perempuan. Tentu ini juga membuka peluang adanya pernikahan dengan dua isteri, alias Poligami," papar Muchtar.

Di La Tansa sendiri, bagi yang berniat poligami memang tidak dihalangi. Asalkan tidak ada yang tersakiti, mereka bersedia memfasilitasi. Menurut data yang terhimpun selama kurun waktu keberadaan La Tansa sejak 2004 hingga Triwulan pertama 2010, lebih dari 40 persen pria yang datang ke majelis taaruf ini berniat poligami. Tentu, perjanjian di atas kertas pun menjadi niscaya dalam semua proses taaruf yang dijalankan.

Selain itu, dari pengamatan KH Muchtar Kholid terhadap para jemaahnya, ditemukan fakta menarik. Ternyata 90 persen perempuan yang datang mencari laki-laki yang tidak suka merokok, 70 persennya yang sudah bekerja, dan hanya 30 persen diantara mereka yang siap dipoligami.

Sementara bagi kaum Adam, hanya sekitar 25 persen yang mengharapkan perempuan yang masih perawan. Kebanyakan dari mereka lebih mencari perempuan yang bekerja, atau anak bungsu. Ketika ditanya alasannya kenapa, Muchtar hanya tersenyum seraya berkelakar, "Mungkin biar lebih banyak diberi...". Lho?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun