Ketika ingin memulai sebuah kisah, semua selalu berasal dari hati. Hati  yang menjadi motor untuk menggerakan kita mengungkapkan cinta kepada dia yang kita suka. Walaupun suaranya tidak begitu keras, akan tatapi ia mempunyai peran yang sangat penting bagi kita untuk bertindak. Lantas apa yang terjadi bila hati tak bisa bersuara? Kita seringkali menjadi manusia yang egois. Egois dengan kehebatan, kepintaran, ketampanan dan kemewahan yang kita dapat tanpa lagi mendengarkan suara hati yang berbisik halus di dalam sanubari. Suaranya kita redamkan dengan kegoisan kita sehingga ia tak mampu berkata-kata. Akan tetapi dia tidak pernah berhenti untuk bersuara. Suara yang kita keluarkan tidak lagi didengarkan oleh kita, karena kita telah menjadi manusia yang egois, yang telah dirasuki oleh dunia. Kita sering kali menekan keinginannya sehingga suarannya berlalu begitu saja dan menimbulkan duka serta berujung pada penyesalan bagi diri kita sendiri. Dalam diam dia mampu mengatakan semua yang tidak bisa kita katakan. Oleh karena itu, jangan pernah menghentikan hati untuk bersuara karena itu adalah sebagai suatu  kewajibannya. Ikutilah apa yang dia katakan sehingga tidak menimbulkan penyesalan dan derita bagi diri kita. Penyesalan bisa datang dan pergi tetapi suara hati tidak pernah beralih. Karena dalam keheningan ada kemanisan. Kemanisan yang tidak pernah keluar dari percakapan atau kontak milik kita. Dan dalam diam kita bisa menunjukan sebuah ikatan yang lebih dari sebuah ketertarikan.
KEMBALI KE ARTIKEL