Industri musik dan hiburan Tanah Air kehilangan salah satu penyanyi bertalenta yang suara emasnya selalu dinantikan. *Dia adalah alumni Indonesia Idol, Mike Mohede*.
Bila Anda yang tidak tahu, lihatlah berita-berita online dan medsos di antara tanggal 31 Juli 2016 hingga awal bulan Agustus 2016. Anda akan banyak melihat informasi untuk mendapatkan gambaran betapa Indonesia kehilangan salah satu penyanyi terbaiknya.
*Indonesia Idol RCTI* memang banyak menelurkan talen-talen memukau di kancah permusikan Indonesia, namun kehilangan Mike Mohede, adalah luka mendalam yang tidak mudah diobati.
*Anda ingat Ahsani?* Remaja 13 tahun asal Karawang itu hafiz Al-Quran sejak usia 6 tahun 10 bulan. Di berbagai media, banyak orang mengaku merinding dan menitikkan air mata saat mendengar lantunan ayat suci yang dibacakan oleh Ahsani dalam program acara Hafiz Indonesia.
Sebagian diantaranya bahkan mengaku, bahwa Ahsani menjadi inspirasi untuk mempelajari Al-Quran dengan lebih baik lagi.
Atau *Anda ingat kisah Si Bolang alias Bocah Petualang?* Si Bolang menceritakan petualangan anak-anak di beragam penjuru Nusantara tentang pengenalan alam dan budaya setempat sesuai tempat tinggal anak-anak.
Bagi banyak orang tua, Si Bolang memberi makna mendalam bagi pengetahuan anak-anak mereka tentang Indonesia dari perspektif yang berbeda.
*Anda pecinta berita?* Seputar iNews, Buletin maupun Lintas iNews, Redaksi Pagi, Lensa Indonesia, Topik Siang dll., adalah program berita yang siap menyajikan berita terkini.
Mereka berlomba menayangkan informasi terkini dan terakurat, walaupun saya harus akui program *Seputar iNews Pagi - Siang dan Malam di RCTI* lebih banyak ditunggu, sejak Liputan 6 milik SCTV terpuruk seiring kerugian akut yang dialami group perusahaan mereka.
Intinya, setiap stasiun TV pasti berupaya semaksimal mungkin menayangkan program terbaiknya. Mereka sadar, bahwa *faktor kualitas program dan faktor kepemirsaan, senantiasa berbanding lurus dengan kinerja keuangan perusahaan*. Saya berani bertaruh, setiap stasiun TV akan berjibaku memenangkan kompetisi di setiap jam tayang, dengan cara memberikan acara berkualitas agar mendapat penonton sebanyak mungkin.
Itulah sebabnya terkadang saya heran, bila ada pihak tertentu yang menilai acara stasiun TV tidak layak tonton. Sekaligus saya juga ingin bertanya kepada mereka yang mengatakan acara TV tidak mendidik, apakah tujuan mereka sebenarnya dengan mengatakan demikian?
Alasan saya sederhana, setiap saya membaca atau mendengar pernyataan seperti itu, alam ingatan saya langsung dipenuhi dengan potongan sinetron Dunia Terbalik di RCTI, sinetron Omar di MNCTV, Bedah Rumah di GTV dan masih banyak acara lainnya yang informatif dan menghibur.
Acara-acara itu sangat dekat dengan kehidupan saya sehari-hari. Bahkan, setidaknya untuk saya pribadi, sinetron dan _reality show_ itu *mengajarkan nilai-nilai yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat*.
Walau sampai saat ini saya belum menemukan jawaban pasti terkait komentar miring tentang kualitas acara TV, namun satu hal yang saya tahu pasti, dari berbagai jenis saluran media audio visual di Indonesia, *hanya TV yang sudah memiliki SOP baku*, yang tujuannya melindungi kepentingan penonton dan keluarga Indonesia.
Jadi saya yakin, kalau ada anak-anak remaja menjadi korban "Gorilla", atau ada remaja tetiba ditangkap polisi _cyber_ seperti pemeran "Vina Garut", kelompok remaja yang demikian, menurut saya, *dipastikan bukan penonton setia Hafiz Indonesia di RCTI*, atau acara rohani lainnya sesuai keyakinan masing-masing, karena mungkin mereka sudah terlanjur percaya pendapat orang-orang yang mengatakan acara TV tidak bermutu. *Mereka adalah korban akibat pernyataan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab*.
Lantas, siapakah kelompok yang selalu mendeskreditkan program TV itu?
Kalau saya sendiri yang harus menjawab, maka jawabannya: mereka adalah *hantu-hantu yang ingin industri TV Tanah Air mati suri* karena ditinggal para penontonnya.
Wassalam.