Tadi siang dibawa oleh Ibu pulang
Kami, anak-anak Ibu tersenyum-senyum
Membayangkan baunya yang sedap
Dan rasanya yang lezat
Ibu mengirisnya tipis- tipis
Agar dagingnya tak terbawa oleh kulit
Sedangkan kami antre, menunggu giliran
Sesekali terjadi pertengkaran
Lantaran adikku yang paling kecil
Merasa dapat jatah yang tidak adil
Aku melihat sebuah kejanggalan
Daging mangga yang dikupas Ibu
Warnanya kecoklat-coklatan
Entah "zat besi" yang ada pada pisau
Atau jangan-jangan Ibu yang lupa cuci tangan
Tapi, itu tiada kami hiraukan
Kini, anak-anak Ibu telah berserakan
Menyusuri jalan nasibnya sendiri-sendiri
Walau kami telah bisa membeli berkilo-kilo mangga, tapi saat memakannya, takkan pernah lagi kami mendapatkan rasa yang sama saat makan bersama Ibu waktu dulu
Entah karena cara kami makan yang saling berebutan, atau tangan Ibulah yang memang keramat. Atau jangan-jangan karena warnanya yang kecoklat-coklatan lantaran Ibu lupa cuci tanganlah yang membuat rasanya semakin lezat
Hanya Tuhanlah yang tahu tentang hal itu