Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas

Sepak Terjang: Dari Korban Bully, Hingga Menjadi Seorang Mahasiswa

2 Januari 2023   22:49 Diperbarui: 2 Januari 2023   22:51 103 0
Dua hari setelah tahun baru banyak hal yang berubah. Terdapat beberapa persoalan pelik yang dihadapi seorang perempuan yang tengah menginjak dewasa ini.

Banyak masalah yang berganti, menuntut keras untuk minta diselesaikan satu persatu.

Degup hati semakin kuat dan siap menghadapi segala persoalan ini.

Semua bukan soal mampu atau tidak mampu, namun semuanya ternyata perlu waktu.

Dibenturkan masalah, dihantam ego ternyata semuanya menjadikan seseorang berbesar hati.

Tak mengapa sulit untuk menghadapi semuanya saat ini sendirian, ada hal lain yang lebih mengerikan ialah saat kita tua dan tak tau akan banyak hal. Itulah yang lebih menyakitkan.

Banyak misteri di dunia ini yang terungkap hanya karena bermodalkan rasa berani dan modal nekad semuanya menjadi terkuak dengan pasti.

Yang pada awalnya anak kecil itu dicemooh lingkungan, dianggap terlalu tinggi dan berorientasi ke depan sedikitnya saat ini sedang membuktikan pada mereka yang mulutnya berbusa, menghujat dengan lafal "kamu punya apa?" akhirnya bungkam seribu bahasa saat melihat pembuktian.

Sudah barang tentu, tak diragukan lagi setelah masuk ke ranah dunia kuliah aku melihat dunia yang semakin kompleks. Mekanisme yang sangat rapih dan tak terbayangkan sebelumnya ada tepat di pelupuk mata.

Gadis kecil ini, yang dulu hanya anak-anak yang pandai main tanah dan pecahan genting. Dihidupkan seorang diri dengan ibu, berusaha mendobrak dan membuktikan bahwa semuanya butuh perjuangan.

Duduk di sekolah dasar, pernah dihantam berbagai perundungan yang menyakitkan dari teman sejawat. Merasa dikucilkan dan tak dianggap. Hanya kecil, tak bisa berbuat banyak.

Masuk ke SMP, masih sama. Redup sedikit sayup, disini lingkungan mulai berubah, semangat belajar naik seratus persen. Ada dendam kecil yang menjadi trigger kala itu, saat tak masuk rangking 3 besar. Disana mulai dendam dengan belajar sebaik mungkin. Hingga semuanya berubah di saat kelas 3 SMP, semua impian tercapai.

Lanjut SMA, masa penuh drama. Bahkan hampir tak jadi sekolah karena dilarang orang tua. Dasae gadis nekad, masih pagi ke sekolah tanpa bawa apapun, daftar sendiri. Kala itu hanya ada beberapa siswa yang mendaftar. Selang setahun dipercaya menjadi ketua OSIS hingga menggerakan roda kegiatan sekolah. Masa SMA juga masa paling idealis untuk belajar lebih giat agar bisa masuk kampus top di Indonesia.

Meskipun begitu, tujuan meleset, hanya bisa masuk sampai kampus lokal yang ketika orang bertanya kampus dimana, kita perlu bahas sampe jalan-jalannya saking UGT-nya.

Tetap bersyukur, berjuang sudah dilakukan dengan berbagai cara, tetapi jika tuhan memberi kehendak sampai di kampus ini terima saja.

Tak perlu merasa kerdil, ternyata dengan kuliah di kampus lokal saja kesempatan untuk jadi 'manusia' terbuka lebar.

Tentu cara main di kampus lokal dan kampus top sangat beda. Di kampus lokal, jika ingin maju setidaknya harus bisa menaikan traffik nama dan aktif di berbagai kegiatan agar tetap eksis. Sedangkan di kampus top, tak jadi apapun juga tetap top karena berlindung di balik nama besar.

Meksipun begitu, tak ada yang salah dari keduanya. Sebab keduanya sama-sama butuh perjuangan dann kembali pada niat belajar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun