Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Jika Kau Pergi ke Gaza, Palestina

11 Juli 2014   13:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:40 4178 0
Sekali saja, andai kesempatan itu datang, meminta kita datang ke Palestina, apa yang harus disiapkan?

Paspor visa, agar dapat berangkat dan pulang dengan selamat. Sejumlah uang yang dapat dikonversikan ke mata uang asing, tak mungkin di negeri orang tak bawa uang saku. Logistik, agar tak kelaparan sepanjang perjalanan maupun di tempat tujuan. Pakaian sesuai musim, mengingat Palestina dapat mengalami cuaca ekstrem sangat panas atau sangat dingin. Baterai, sebab listrik hanya dijatah 3-5 jam oleh Israel. Alat komunikasi, siapa tahu keadaan terjepit dan kritis, harus mengontak pihak otoritas. Oh ya, kamera. Mengabadikan perjalanan tak lengkap tanpa kesan visual. Sediakan kantong-kantong sisa di ransel dan koper, agar dapat membeli souvenir di toko-toko handicraft yang tersebar di sepanjang jalan di Gaza City. Harganya relatif murah. Kecuali jika ingin membeli abaya, perlu menyiapkan sekitar 200 shekel per gaun.

Cukupkah? Rasanya cukup.

Tambahkan tim penerjemah yang mampu berbahasa Arab, bila hanya paham ana dan antum. Jika perjalanan itu bertujuan menikmati eksotika Khan Khalili, Kairo, atau biru safir Mediterrania el Arish, daftar di atas cukup. Namun bila Anda berkehendak memasuki Palestina, ada hal-hal lain yang harus disiapkan.

2. Al Waqiah
Ini adalah saran dari Abeer Barakah, seorang ibu muda cantik berputra putri 4 orang, dosen UCAS. Kehidupan di Gaza boleh jadi sangat rumit, diblokade bertahun-tahun. Pasokan barang terpaksa melalui smuggling tunnel, mulai genset, mobil sampai hewan Qurban. Mulai shampoo sampai jepit rambut. Mulai tabung gas hingga obat-obatan. Masih belum cukup rupanya, smuggling tunnel sering kali terpantau satelit dan dibombardir hingga menewaskan para pekerja dan merugikan ribuan rakyat yang tergantung hidupnya dari pasar gelap.


2012, Gaza masih dapat bernafas lega ketika Rafah dibuka atas kebijakan presiden Mursi. Sekarang, Rafah kembali ditutup dan rakyat Gaza terengah-engah memenuhi kebutuhan hidup.



Bagi Abeer, Allah Maha Kaya dan tidak terpasung hanya oleh blokade, hantaman rudal, smuggling tunnel atau sirene jam malam.
Ia melazimkan bacaan al Waqiah setiap hari demi jaminan rizqi dari-Nya. Karena itu, sekalipun kondisi sulit dan kelaparan menimpa hampir setiap kepala penduduk Gaza, mereka selalu bahagia akan datangnya rizqi Allah yang tak disangka-sangka. Cairnya beasiswa, bantuan dari negara tetangga macam Yordania atau Qatar. Dan tentu, bantuan dari Indonesia adalah salah satu jawaban atas al Waqiah yang istiqomah dilakukan.


Abeer Barakah, bahkan masih merasa belum cukup membeli tiket ke surga dengan sekedar tinggal di tanah para Anbiya. Ia dan suaminya mendirikan yayasan, memelihara anak-anak yatim, berpegang pada salah satu hadits Rasulullah Saw yang artinya kurang lebih: Rasul dan penyantun para yatim bagaikan dua jari tak terpisahkan di surga.



Rindu padamu, Abeer.Miss you much, your family and all of Gaza people.



Dalam kehidupan yang sangat singkat ini mereka tak pernah lupa tempat kembali, tak pernah lupa bahwa tiket ke sana bukan semurah tiket masuk konser musik atau bioskop XXI.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun