Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Kerlip Cahaya (Bagian 1)

20 Juli 2011   06:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32 116 0
PROLOG Di atap rumah Adhel, Adhel dan Tama berbaring beralaskan tikar. Langit malam begitu cerah. Sama sekali tak tampak awan. Sepasang kekasih itu mengobrol sambil memandang bulan purnama yang benderang ditemani bintang-bintang. “Kamu suka bulan, Dhel?” “Suka. Apalagi bulan purnama,” “Kenapa?” “Karena bulan purnama bikin malam yang gelap jadi teraaaaaang banget!” “Hmm...” “Kalau kamu, Tama?” “Aku lebih suka kalau bulan gak ada,” “Loh? Kenapa?” “Karena ketika bulan ga ada, bintang-bintang akan bersinar lebih terang..” “....” “Ketika bulan ga ada, Dhel, langit memang gelap. Tapi ribuan bintang akan terlihat lebih berkerlap-kerlip. Itu adalah pemandangan terindah kedua yang pernah aku lihat.” “Hmm...? Biar aku tebak. Pemandangan terindah pertama pasti pantai.” “Salah. Pantai adalah pemandangan terindah ketiga. Pemandangan terindah pertama...” Tama sengaja menggantung kalimatnya. Adhel menoleh ke arah Tama, menunggu. Tama pun menoleh pada Adhel, menatap matanya dalam-dalam. “...adalah kamu,” Pipi Adhel merona. Bulan tersenyum melihat Adhel tersipu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun