Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Occurens

20 Februari 2020   20:08 Diperbarui: 20 Februari 2020   20:12 48 2
Terlalu sering menyimpan rasa sakit hingga malas rasanya untuk sekedar mengungkapkan. Muak mendengarkan begitu banyak kata 'maaf' yang diucap. Pantaskah jika seseorang memberi kesempatan yang justru dianggap remeh!

Setidaknya gunakanlah sebuah kesempatan sebaik-baiknya, jangan sampai kesempatan yang diberikan dijadikan untuk melakukan kesalahan kembali. Alih-alih menyadari kesalahan, kesempatan yang berulang kesalahanpun justru terulang. Lucu rasanya hingga ingin mencincang mulutnya hingga sampai menyerupai kornet ayam. Tidak, tidak itu terlalu kejam. Menjadi manusia harus bersikap dewasa seperti kebanyakan orang inginkan.

"hahh". Terdengar suara helaan nafas yang bernada penyesalan berasal dari mulut seorang wanita. Ya penyesalan. Menyesal karena telah memberi kesempatan pada orang yang benar-benar salah.

Sebuah kedai yang tidak terlalu ramai diikuti dengan suara dentingan gelas yang beradu dengan botol berwarna hijau cukup terang. Tidak. Si wanita tidak sedang minum apalagi mabuk. Dia payah dalam hal semacam itu. Itu berasal dari pelanggan yang lain. Ia hanya sedang memakan camilan serta mata yang menatap datar kepada lawan bicaranya.

"Maafkan aku anna. Sungguh dengarkan dulu penjelasanku". Seorang pria bersurai hitam dengan gaya rambut yang dibelah dibagian keningnya sedang memohon dengan kedua tangan yang saling dirapatkan di depan dada. Tatapannya sendu yang mungkin hampir menangis disertai alis yang menyatu. Duduk disebrang sang wanita yang diberi jarak oleh sebuah meja.

"Aku pun bersungguh-sungguh Jim. Tinggalkan aku oke. Aku dapat melihatmu lebih bahagia dengan perempuan itu dibanding denganku ". Ujar si wanita dengan ucapan sedikit merendah menahan tangisan beserta bola mata yang dirotasikan yang membuat si pria lawan bicaranya mendadak bungkam. Kini si wanita mulai memasukan ponsel yang sempat ia simpan diatas meja kedalam tas miliknya. Bersiap-siap untuk meninggalkan kedai tersebut.

"Baiklah. Ku harap jangan sampai kau menyesal Anna" . Ucap Jimin disertai seringaian yang tipis yang belum tentu terlihat oleh Anna. Ia yakin bahwa nanti annalah yang akan menyesali keputusannya. Lelaki itu sangat percaya diri dengan apa yang ada dipikirannya tentang kehidupan anna selanjutnya. 'lihat saja nanti' batinnya. Hatinya masih siaga untuk mendapatkannya kembali.

"Selamat malam Park Jimin". Anna bergegas mengambil tas selempangnya berlalu keluar dari kedai. Meninggalkan pria bermarga Park itu sendirian yang masih merasa tidak percaya bahwa dirinya telah dicampakkan oleh wanita yang sudah menjadi kekasihnya selama dua tahun. Sungguh ia kagum dengan mantan pacarnya. Selama dua puluh empat tahun hidup, tidak pernah sekalipun seorang Park Jimin mendapatkan seorang wanita yang berani meninggalkannya terlebih dulu.

"Bi, aku ingin dua botol soju". Perintah Jimin pada wanita paruh baya pemilik kedai.

"Baiklah tuan". Balas si bibi segera meletakkan minuman tersebut pada meja dihadapan Jimin. Minuman yang bisa membuat pria tersebut meracau tidak jelas sendirian tanpa ditemani seseorang.
"iya kau benar Anna. Kau terlalu jual mahal untuk dirimu yang tidak seberapa, cantik". Racau jimin yang sudah mulai sedikit mabuk pada tenggakkan ketujuh dari seloki minumannya.
***
Udara Seoul begitu dingin di malam hari meskipun masih pertengahan musim panas. Di dinginnya malam ini, seorang wanita berpakaian baju kantor dengan atasan blouse berwarna peach rok seatas lutut berwarna putih disertai tas dan sepatu berwarna hitam yang senada sedang berjalan gontai sesekali menghentakkan kakinya pada jalan trotoar karena kekesalan yang sedang dirasakannya.

Kepala menunduk, tangan memegang tas begitu erat kadang-kadang keluar beberapa umpatan dari bibirnya. Obsidiannya hanya terpaku pada tatapan kosong kebawah. Tidak peduli akan rasa dinginnya angin yang menerpa kulit putihnya. Hidung yang sedikit memerah, juga timbul cairan yang menyumbat hidung dalamnya terabaikan begitu saja.

Pandangannya masih kosong. Beberapa kali helaan nafas ia keluarkan seakan hidupnya telah selesai tanpa beban. Kini tanpa ia sadari dari arah depan sana terdapat seorang pria yang berlari dengan nafas tersenggal, hingga sepersekon kemudian seorang pria itu menabrak tubuhnya hingga tas yang bertengger dipundak sebelah kanannya terlepas dan jatuh menyebabkan isinya berserakan kemana-mana.

"ya! jjinja". Teriakkannya sedikit bergetar karena ia mulai menangis, berjongkok ditengah trotoar dengan tangan yang menutupi wajahnya. Tidak peduli banyaknya orang yang menyorotnya. Ia lelah hanya untuk sekedar menegur apalagi marah-marah pada pria yang barusan menabraknya. Ia tahu, tidak ada gunanya menangis.
Bukan, dia bukan menangis karena tabrakan dari seseorang barusan. Bahkan tabrakan yang tadi sakitnya tidak sebanding dengan hatinya yang perih mengalahkan perihnya luka sayatan pada urat nadi di tangan. Hanya saja ia teringat kejadian yang menimpanya beberapa waktu lalu. Ia menangisi dirinya sendiri karena terlalu lemah menghadapi duka yang ditimbulkan cinta. Ya, sebut saja ia budak cinta.

Sampai suara isakkanya menjadi-jadi membuat pria yang tadi menabraknya ikut berjongkok di depannya."gwaencanayo?" tanya si pria yang kini merasa bersalah karena ia tak tega wanita anggun nan cantik menangis akibat ulahnya. Kemudian ia membereskan barang barang yang diyakininya milik si wanita untuk dimasukan kembali kedalam tasnya.

Isakkan yang ia dengarkan semakin menjadi-jadi membuat ia sedikit kesal karena ia merasa tabrakan barusan tidak separah mobil truk yang menabrak penyebrang karena rem blong. Malahan hanya terasa menyenggol bahunya, tersenggol sampai seluruh badannyapun tidak. Dan ingat, ini ditempat umum. "ya, aku menabrakmu tidak terlalu keras kurasa. Kenapa kau menangis begitu kencang eoh. Maafkan aku. Kenapa menangis?"

"karena aku tidak tertawa". Ucap anna sedikit berteriak. Entah kenapa meskipun masih dalam keadaan menyedihkan ia sempat-sempatnya melontarkan gurauan yang sekaligus menjengkelkan.

Si pria yang sedang memegang beberapa barang milik anna melemparnya kembali ketika mendengar jawaban anna yang menurutnya menyebalkan. Ia mengerti bahwa kata-kata yang dilontarkan wanita tersebut hanya sekedar candaan. Tetapi masalahnya keadaan yang tidak sesuai.
Pria bersurai hitam legam tersebut terkekeh sebentar lalu sedikit mendecak dan memutar bola matanya malas.

"yaaa kenapa kau melemparnya?" teriakkan anna begitu nyaring hingga membuat si pria menutup telingannya rapat rapat menggunakan tangan. Si pria berdiri kembali sedangkan anna membereskan lagi barang barangnya yang kemudian dimasukan kembali kedalam tasnya.

Ia ingin segera menuju surga dunianya hanya untuk sekedar berbaring dan memeluk boneka sapi pekerja kerasnya. Kamar.

"karena aku tidak menangkapnya" jawab si pria tak ingin kalah dengan candaan si wanita dan membalas dengan teriakkan sama nyaring juga.

Ketika membalikkan badannya, mendadak keadaan membuat si pria memasang wajah yang tegang tatkala melihat segerombolan lelaki yang berlari ke arahnya. Dengan gerakan mendadak ia kembali berjongkok di depan wanita tadi. Kemudian bergerak cepat menarik tengkuk si wanita lalu menyatukan labiumnya pada wanita tersebut.

Anna kaget. Terlihat jelas seketika tubuhnya yang tiba-tiba mematung. Bola matanya melebar dengan kejadian yang cukup membuat otaknya berhenti bekerja. Tak lama kemudian anna dapat melihat beberapa orang lelaki berlarian dari jauh sana.

"tolong aku. Aku sedang dikejar oleh para begal yang akan menghajarku" bisik si pria pada anna dengan jarak dekat setelah melepas ciumanya. Saking dekatnya anna dapat merasakan deru nafas beraroma mint yang menerpa wajahnya.

Si pria membalikkan wajahnya sebentar untuk melihat para lelaki yang sedang mengejarnya. "sial, mereka semakin mendekat". Pria itu berbalik kembali lalu mencium anna lagi yang masih melongo dengan kejadian yang membuatnya kebingungan sekali.

Kini pria itu tidak hanya menarik tengkuk anna tetapi juga menarik pinggang anna dengan tangan yang lainnya. Bibir keduanya hanya menempel tidak lebih. Tapi tetap saja dapat membuat organ didalam dada anna berpacu dua kali lebih cepat.

"brengsek, kemana dia pergi. Cepat cari dia sialan" umpat seorang lelaki layaknya bos yang memerintah bawahanya tepat di sebelah anna. Lelaki tersebut sempat melirik kegiatan anna yang sedang berciuman dengan wajah yang ditekuk jengkel tak suka.

Meyakini bahwa para lelaki itu adalah lelaki yang sedang mengejar pria yang kini sedang menciumnya. Anna memejamkan matanya seolah-olah sedang menikmati ciuman yang sedang dilakukannya dengan pria yang tidak dikenalnya. Entah kenapa hati anna tidak dapat memberontak, ia mempercayai perkataan pria asing ini dan berniat ingin membantunya saja.

Anna segera melepaskan ciumanya ketika merasa segerombolan pria tadi telah pergi menjauh. Ia langsung berdiri canggung dengan apa yang terjadi padanya barusan. Diikuti berdirinya pria asing tersebut "ma-maafkan aku, dan terimakasih sudah menolongku".

Anna sedikit terkejut ketika melihat wajah si pria yang begitu tampan menurutnya. Ia menjadi seakan-akan lupa bahwa pria ini yang tadi menabraknya juga melempar barangnya dengan seenaknya.

Menyadari pria tak dikenalnya itu terkekeh melihat wajah anna yang bersemu, anna dengan secepat mungkin langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.

"mari kita makan". Ajak pria ini kepada anna yang masih mengalihkan pandangan terhadapnya.

"ma-maksudmu?" tanya anna gelagapan karena tidak mengerti maksudnya. Ia heran baru beberapa menit ia bertemu dengan pria ini. Lalu dengan mudahnya pria itu mengajaknya makan. Apakah pria ini sudah gila bisa dengan mudahnya mengajak orang asing makan.

"aku merasa berhutang budi padamu. Jadi mari kita makan. Tentu saja aku yang traktir. Kau mau?" ajak kembali si pria dengan tanpa hambatan ketika pengucapannya. Berbeda dengan anna yang sedikit tergugu ketika berbicara karena masih kurang mengerti situasi yang terjadi padanya.

Jantungnya masih bertalu cepat. Ia khawatir pria dihadapannya bisa mendengar detak jantungnya. Lalu tak lama kemudian ada sebuah bunyi yang berasal dari tubuh seseorang. Bukan. Bukan dibagian dada ataupun seseorang yang berucap. Perut anna lah yang menimbulkan bunyi tersebut.

"ayo kita ke kedai sekitar sini". Ajak si pria sembari sedikit terkekeh dan dengan tiba-tiba menarik tangan anna. Anna hanya dapat mengekori langkah pria tak dikenalnya ini karena memang benar bahwa ia tak dapat membantah perutnya yang sedang keroncongan.

Sungguh perutnya ini membuat pemiliknya sangat malu dihadapan pria asing nan tampan itu. Tapi anna tidak mengapa karena ia memang tidak dapat membantah. Cacing-cacing diperutnya sudah meronta minta diisi secepatnya. Sekaligus setidaknya ia kini sedang berusaha untuk bersosialisasi dengan pria baru untuk bisa melupakan si Park sialan mantan kekasihnya.

"ngomong-ngomong kenapa tadi kau menangis kencang sekali. Kurasa itu bukan karena aku menabrakmu. Apakah kau sedang punya masalah?" tanya si pria ditengah-tengah kegiatan makannya. Keduanya memesan makanan yang sama yaitu toppoki ketika sudah memasuki sebuah kedai yang tak jauh dari kejadian tadi. Anna memesan makanan tersebut karena ia ingin makanan pedas untuk menghilangkan pening dikepalanya bekas tadi ia menangis kencang. Dan jangan lupa bahwa pesanannya sudah di bayar oleh si pria terlebih dulu.

Ya pria ini betul. Anna menangis kencang bukan karena dia menabraknya. Tapi karena hatinya yang hancur setelah putus dengan kekasihnya yang berselingkuh. Dan lebih menyakitkan ketika si Park sialan itu tidak membantah atas apa yang dituduhkan anna. Salah, ini bukan tuduhan jika tidak ada bantahan. Ini karena memang kebenaran yang nyata serta faktual.
"eum-eoh aku baru saja putus dengan pacarku". Jawab anna dengan mulut yang masih dipenuhi toppoki, membuat bibir si pria didepannya melengkung ke atas. Menyenangkan menurutnya ketika melihat seorang wanita cantik makan begitu lahapnya. Berbeda dengan kebanyakan wanita yang sedikit makan dengan alasan sedang diet. Memuakkan.

"kenapa kalian putus?" tanya lagi si pria sebelum memindahkan toppoki dari sumpit kedalam mulutnya.

Aishh. Banyak sekali tanya pria ini. Tapi sekarang anna memang membutuhkan teman untuk bercerita. Toh tidak ada salahnya kan menjawab ketika diberikan pertanyaan. Memang seharusnya seperti itukan."dia berselingkuh. Dia tidur dengan wanita lain". Jawab anna secara gamblang.

Pria yang tadi memberikan pertanyaan tersebut melongo dengan penuturan anna dengan mulut yang sedikit terbuka. Dia jadi merasa iba dengan apa yang terjadi pada gadis ini. Padahal jika dipikir-pikir gadis dihadapannya ini cantik, sangat malahan. Tubuhnya juga tidak terlalu kurus, bokongnyapun lumayan berisi. Pas untuk digenggamnya. Aish apa yang sedang ia pikirkan. Dasar mesum.

Dan selanjutnya ia kemudian terkekeh ketika melihat ada sedikit kuah toppoki di sudut bibir gadis itu. Padahal gadis tersebut sudah minum dan sudah menghabiskan toppoki itu tanpa tersisa satupun.

Hingga dering ponsel menghentikan kegiatan mereka. Itu ponsel si pria. Segera dia meraih ponsel dari saku hoodie hitamnya yang ternyata ada sebuah pesan masuk. Ia tahu pesan itu adalah pesan penting.

"ah aku ada urusan penting. Sampai jumpa". Pamit si pria sambil sedikit berlari keluar kedai.

"hey tunggu, aku anna. Siapa namamu?" tanya anna dengan ucapan yang terburu. Takut si pria segera pergi.

"aku taehyung. Selamat malam cantik." pria itu mengerlingkan matanya sebelum menghilang lenyap dibalik pintu kedai.

Anna segera turun dari meja dan membereskan barangnya untuk segera bergegas pulang. Senyum bibir merah muda setia menghiasi wajahnya. Sungguh pria barusan sangat manis pikirnya.


Di lain tempat si pria membaca pesan yang tadi ia terima dengan langkah sedikit terburu ia membuka pesan tersebut.

xxxxxx
Bagaimana? Apakah kau lolos dari kejaran para lelaki tadi? Apa saja yang kau dapatkan hari ini?
Ah aku lolos dari kejaran mereka. Aku mendapat beberapa uang dan ada satu cincin emas.
***
Cahaya matahari pagi masuk melalui celah celah jendela yang terhalangi gorden tipis. Taehyung terbangun beberapa kali ia mengerjapkan matanya. Ada yang hilang. Semalam ia mendekap tubuh seseorang. Kemana wanitanya?

"Yoora!" Taehyung menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Sambil mengusak matanya ia berjalan ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamar tidurnya. Berharap ada Yoora-nya disana.

Namun nihil tidak ada kekasihnya disana. Ia pun keluar kamar dengan sedikit berlari menuju ruang tengah apartemennya. Namun hasilnya tetap sama. Kamar yang lain beserta kamar mandi lainnya sudah ia cek. Tapi tetap saja tidak ada keberadaan wanitanya. Firasatnya buruk.

Brankas. Taehyung merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia berlari menuju kamar kembali dimana brankas terletak disana. Segera ia tekan kumpulan angka untuk membuka brankasnya. Dan sial. Isinya kosong.
Ada selembar kertas kuning di dalam brankas itu. Taehyung segera mengambil dan membaca isi dalam kertas tersebut. Firasatnya semakin buruk.

Taehyung, sayangku. Sebelumnya terimakasih telah mau menjadi seseorang yang selalu ada di sampingku. Aku pergi ya. Dan terimakasih untuk isi brankasnya. Maaf lancang. Habisnya kau bodoh terlalu mempercayaiku sampai memberi password brankasmu padaku hahaha bukankah itu merupakan kesempatan. Tidak usah mencariku. Aku aman karena pergi bersama Yoongi oppa. Kau dapat salam dari dia juga. Katanya termakasih untuk uangmu yang semalam. Sampai jumpa :)

Min Yoora

Apa sebenarnya yang terjadi. Taehyung terlampau frustasi. Ia menjambak rambutnya begitu kuat. Dua orang yang selama ini ia percayai telah menipunya. Mengusap wajahnya gusar, Taehyung menyandarkan punggung polosnya pada dinding yang dingin sambil sedikit sesenggukan.

Taehyung tak rela cintanya hilang. Taehyung tak rela hartanya hilang. Taehyung tak rela semua kebahagiannya hilang.

Dengan wajah yang memerah karena amarah. Ia bangkit mengambil handpone yang ada di nakas. Segera menghubungi Min Yoora kekasihnya.

"Kau dimana?" tanya Taehyung setelah panggilannya tersambung.
"Aku di bandara. 5 menit lagi aku berangkat"

"Semalam kau berjanji padaku bahwa kau bersedia menikah denganku. Tapi apa yang kau lakukan sekarang hah?" Taehyung geram. Sambil mengusap poninya ke belakang ia tersenyum menyedihkan.

"aku tidak percaya padamu tae. Sepertinya aku akan lebih bahagia jika tidak bersamamu"

"Karena kau lebih bahagia dengan uangku dan oppa mu tentu saja" potong Taehyung tidak mengizinkan Yoora melanjutkan perkataannya.

Sambungan panggilan mati. Dengan keras Taehyung melemparkan ponsel ke ranjangnya. Lima menit lagi Yoora terbang. Tidak mungkin ia bisa menyusulnya. Butuh sekitar tiga puluh menit lebih perjalanan menuju bandara dari apartemennya.

"Brengsek sialan" Taehyung bergegas mandi untuk menjernihkan pikirannya. Mulai sekarang ia harus kembali mencuri. Hanya sendiri. Tidak untuk Yoora ataupun dibantu Yoongi. Masa bodo untuk uangnya. Karma akan menghampiri mereka yang bertindak seenaknya. Adik kakak tidak berguna. Batinnya.

*****

Seperti hari hari biasanya. Cukup melelahkan untuk mengisi hari Anna. Setelah berkutat dengan komputer selama hampir seharian. Akhirnya Anna dapat meregangkan otot ototnya yang terlampau kaku.

Anna bekerja di cabang perusahaan ayahnya. Ia mengambil bagian sebagai manager keuangan. Sebenarnya ia bisa mendapatkan jabatan lebih tinggi yang ditawarkan ayahnya. Tapi anna menyanggah. Ia suka dengan perhitungan. Kebetulan juga ia mengambil jurusan akuntan ketika kuliah.

Haripun sudah mulai gelap. Anna harus bergegas pulang. Beberapa barang barangnya ia bereskan untuk dimasukan kedalam tasnya. Dokumen yang belum sempat ia selesaikan ia bawa juga.

"Anna- ya. Kau akan langsung pulang atau mau makan malam dulu bersamaku?" Seokjin tiba tiba muncul di depan Anna ketika Anna bergegas akan pulang.

"Maaf jin oppa. Aku sepertinya akan pulang saja. Hari ini sungguh melelahkan. Selamat malam oppa" Senyum manisnya ia tunjukkan pada Seokjin sebelum berjalan menuju pintu keluar kantornya.

Seokjin hanya dapat menghela nafas setelah Anna berlalu. Setelah tahu jika Anna sudah tidak berhubungan lagi dengan Park Jimin. Seokjin berusaha untuk mendekatinya. Tapi ternyata susah. Apalagi ia menyadari bahwa dirinya tidak setara dengan Anna yang merupakan anak CEO nya. Sedangkan ia hanya pegawai biasa dengan jabatan yang sama dengan Anna. Sudah pegawai biasa, umur sudah diakhir dua puluhan, lajang, hidup pula. Kasiannya nasib Kim Seokjin.
*****

Gemericik air membasuhi seluruh tubuh Anna. Sedikit senandung Anna lantunkan sesekali. Air hangat yang mengalir ditubuhnya cukup membawa ketenangan setelah melewati hari yang melelahkan.

Anna jadi kepikiran. Ternyata melajang tidak menjadikan beban di hidupnya. Ia tidak keberatan jika untuk sementara hidupnya tak ditemani seorang kekasih. Toh tidak semua hidup harus tentang pacarkan.

Tapi jika Tuhan merestui, setidaknya Anna ingin bertemu kembali dengan lelaki tampan kemarin. Mengingat wajahnya, senyum Anna kian mengembang disela sela kegiatan mandinya.

Lima belas menit kegiatan Anna dikamar mandi telah selesai. Kini ia telah memakai baju tidurnya yaitu hoodie dan celana pendek dengan warna senada. Anna lupa jika stok makanannya dikulkas telah habis jadi sekarang ia akan pergi ke minimarket untuk membeli makanan agar isi kulkasnya terpenuhi kembali.

Udara malam begitu menyegarkan organ penghirup Anna. Malamnya kini tak begitu dingin. Langkah Anna begitu ceria. Sesekali ia berjalan dengan melompat lompatkan kakinya. Tangan kirinya ia letakkan didalam saku hoodienya. Ia telah sampai didepan pintu minimarket.

Minimarket yang ia masuki tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa orang yang sedang berbelanja. Bahkan kegiatan Anna berbelanjapun sudah selesai.

Ketika Anna sudah diluar minimarket ia melihat sosok lelaki yang tak begitu asing. Lelaki tersebut sedang menggandeng seorang wanita begitu mesranya. Sesekali mereka tertawa bahagia. Romantis sekali pikir Anna.

Anna melanjutkan perjalanannya untuk kembali menuju apartemennya. Pandangannya masih terpaku kepada dua sejoli yang masih berpelukan hangat. Kini ia menegakan kepalanya, mengecup puncak kepala si wanita.

Anna yang menyaksikan kedua pasangan tersebut kini terkejut, mulutnya kian membuka. Dia. Lelaki itu adalah Park Jimin. Sial. Kenapa Anna tak bisa mengenalinya. Pasangan yang sejak tadi ia kagumi ternyata dua orang yang pernah menghancurkannya. Air bening mulai memenuhi pelupuk matanya.

Anna memalingkan wajahnya ketika Jimin hampir melihatnya. Ia kembali melanjutkan perjalanannya. Malam yang tadinya dingin kini mulai memanas. Park Jimin sialan. Kenapa bisa ia begitu bahagia setelah berpisah dengan Anna. Dengan perempuan baru pula. Apakah selama ini hubungan yang mereka jalani hanya dianggap main main oleh Jimin. Memuakkan.

Daripada menangisi pria seperti Jimin. Lebih baik Anna segera menyeduh ramyeon di apartemennya. Ramyeon yang selalu menghibur ketika ia sedang dilanda kegundahan. Panas juga pedas. Apartemennya sudah dekat hanya tinggal beberapa gang kecil lagi yang harus ia lewati. Tapi apalagi sekarang. Samar samar Anna bisa melihat pasangan jauh didepannya. Bukan. Mereka bukan sedang bercanda atau apa itulah yang mesra mesra. Mereka lebih seperti sedang bertikai.

Sial. Sepertinya sedang ada peristiwa pencurian dihadapanya. Setelah dilihat lebih dekat sang pencuri sedang berusaha merebut tas seorang wanita paruh baya. Wanita itu tidak diam. Ia menarik narik tas miliknya agar tak sampai dibawa sang pencuri.

"Sepertinya ada yang ingin jadi pelampiasan kemarahanku malam ini" Anna menggulung lengan hoodienya yang panjang. Belanjaanya ia simpan di depan pagar rumah orang.

Berlari cepat ia menendang punggung si pencuri dari belakang. Tepat sasaran. Si pencuri langsung tersungkur ke aspal yang kasar. Sedangkan wanita tua tadi membungkuk pada Anna lalu pamit pergi.

Belum selesai. Pelampiasan amarahnya masih tersisa. Kini Anna mengahampiri si pencuri dan menindih perutnya. Ia mengepalkan tangannya kuat kuat meninju rahang, pipi beserta hidung yang masih tertutupi masker hitam si pencuri.

Nafas Anna tersenggal senggal. Karena lelah telah meninju si pencuri dengan bertubi tubi. Tidak ada perlawanan dari si pencuri. Bukan karena pukulan Anna yang tidak sakit. Sungguh pukulannya sakit. Tapi mana bisa ia melawan seorang wanita. Dan wanita itu adalah Anna.

"Mari lihat. Siapa yang berani mencuri seorang wanita tua tanpa dosa" Anna mencoba membuka masker yang dipakai si pencuri. Tetapi sebelum ia raih maskernya. Dengan cepat si pencuri memegang tangan Anna diikuti tangan lainya yang memegang pinggang Anna lalu si pencuri mendorong tubuh Anna. Kini keadaan berbalik. Si pencuri diatas sedangkan Anna berada dibawahnya.

Si pencuri mencengkram sebelah lengan Anna begitu kuat sampai Anna meringis pelan. Mata mereka berdua kini terpaku. Si pencuri menatap Anna lamat lamat. Anna membalas tatapanya. Hingga akhirnya si pencuri bangkit lalu pergi berlari dengan rasa khawatir.

Anna bangkit sambil membersihkan hoodienya. Ia lalu mengambil belanjaannya yang sempat ia simpan tadi. Karena perasaan takut jika ada pencuri lagi yang apabila sekarang ia yang diincar. Anna segera berlari dengan bulu kuduknya yang merinding.

Tanpa disadari dibalik dinding rumah yang tak jauh dari tempat Anna tadi pergi. Kim Taehyung si pencuri diam di sana. Mengamati Anna.

"Sial, itu Anna"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun