[caption id="" align="alignnone" width="576" caption="doc.pri"][/caption] Seperti kata kakak, cukup setitik benci untuk merubuhkan gunung cinta, perlu sedikit gesekan rindu untuk membasuh perih yang tersisa. Kau masih ingat? Bila lupa, ke mari, di dekatku sini, biar kubisikkan kisahnya. Tapi kau harus menutup mulutmu, membutakan matamu, sesaat, agar ia bisa meresap. Bila masih tak ingat juga, ke mari, di dekatku sini, biar kuperlihatkan sisa-sisa kopi pagi ini. Pahitnya, asamnya, dan pertarungan keduanya setelah sekian waktu berjeda. "Siapa suruh mengabaikan hati?" "Siapa suruh mengabaikan nurani?" "Siapa suruh mengabaikan logika bila mereka meneriakkan 'la'!" *
KEMBALI KE ARTIKEL