Permasalahannya bukan pada space pembagian dunia itu. Tapi lebih kepada komunikasinya. Komunikasi yang menjadi kebutuhan pokok manusia. Kalau jin, tidak tahu?.
Secara teks di dunia akademis yang sukanya mengkotak-kotakan kehidupan sosial, komunikasi yang dipelajari hanyalah komunikasi antar manusia. Diluar manusia tidak masuk dalam kajian komunikasi. Ini jelas menandakan bahwa tidak ada komunikasi antara manusia dan jin.
Tapi bagaimana jika komunikasi itu dibutuhkan ?.
Misalnya seperti yang dialami tim 19, peserta KKN UMM di Desa Kemiri. Baru hari pertama tinggal, masalah komunikasi dua dunia ini drasakan jadi kendala. Kos untuk pria, yang baru-baru ini diketahui dihuni makhluk jin, tidak rela jika tempatnya ditempati tim 19. Alhasil, banyak gangguan dari jin sehingga beberapa yang takut terpaksa tidur di teras kosan wanita. Bagaimana cara berkomunikasinya?, bagaimana cara agar jin tersebut tidak terganggu dan mau berbagi tempat dengan tim 19 hanya untuk sebulan saja?. Ini karena usaha tim 19, mulai dari pengajian hingga meminta saran dan bantuan warga sekitar dirasa belum bisa membuat jin tersebut tidak mengganggu.
Kemudian tentang mindset yang sudah lama bertahan di masyarakat. Dimana umumnya manusia menggambarkan makhluk jin sebagai makhluk super dan menakutkan. Ditambah lagi terpaan media yang membuat mindset tersebut semakin kuat. Padahal kebenaran gambaran itu masih harus dipertanyakan.
Dan sekarang, yang bisa dilakukan tim 19 hanyalah mencari solusi dan menunggu waktu memberikan jawaban. Semoga ada pencerahan sehingga tim 19 bisa menjalankan program KKNnya di Desa Kemiri.
Keep fight Singo..
Kemiri, Malang.
1 Juli 2011