[caption id="" align="alignleft" width="150" caption="www.lupus.org"][/caption] Proklamasi Hari Lupus Sedunia (World Lupus Day) pertama kali disuarakan pada tahun 2004 ketika sebuah komite pengarah internasional yang mewakili organisasi lupus dari 13 negara yang berbeda bertemu di Eaton, Inggris untuk mengoorganisasikan Hari Lupus Sedunia pertama. Proklamasi ini dimaksudkan sebagai panggilan untuk bertindak bagi pemerintah di seluruh dunia untuk meningkatkan dukungan keuangan mereka untuk kesadaran dan layanan pasien, juga penelitian lupus. Hari Lupus Setidaknya lima juta orang di seluruh dunia terkena lupus, penyakit otoimun kronis yang menyerang kebanyakan wanita muda usia subur.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau lebih dikenal dengan Lupus adalah penyakit reumatik autoimun sistemik yang menyerang berbagai organ tubuh . Penyakit ini dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan insidens dan prevalens. Namun, lupus sering sulit didiagnosis karena sering gejalanya mirip dengan gejala penyakit umum, sehingga bahkan dokterpun (yang kurang mengenal Lupus) sering tidak dapat mengenalinya. Meningkatkan kesadaran tentang Lupus akan menyelamatkan nyawa. Lupus adalah penyakit yang diderita seumur hidup, sehingga seorang penderita Lupus akan selalu bergelut dan berjuang melawan penderitaan ini setiap hari. Sehingga dapat dibayangkan bahwa seorang penyandang Lupus (Odapus) akan selalu memeriksakan diri ke dokter, cek laboratorium, membeli obat yang sebagian adalah obat mahal. Belum lagi apabila penyakit ini kambuh dan berat, sehingga memerlukan opname di rumah sakit, pasti akan lebih banyak biaya lagi yang diperlukan. Padahal sebagian besar penyandang Lupus di Indonesia adalah penderita yang kurang mampu, tentu ini akan menambah berat beban penderitaan mereka.
Meskipun penyakit ini termasuk cukup sering ditemukan, namun sampai sekarang baik pemerintah maupun masyarakat masih banyak yang belum paham mengenai penyakit ini, serta bagaimana penderitaan bila seseorang terkena Lupus. Lupus tidak saja mempengaruhi si penderitanya, namun juga berdampak pada keluarga, teman, dan rekan kerja. Namun, hal itu secara luas belum diakui sebagai masalah kesehatan global oleh publik, profesional kesehatan, dan pemerintah.
KEMBALI KE ARTIKEL