Tidak hanya itu, penilaian pada jenjang sekolah ini juga sedikit mengalami perubahan. Hasil karya atau portofolio anak-anak ini akan dijadikan instrumen untuk penilaian juga.
"Ini untuk mendorong agar anak-anak bisa kreatif. Karena itu ada mata pelajaran Prakarya dalam kurikulum baru ini," tandasnya(http://edukasi.kompas.com/read/2012/11/14/1833172/Kurikulum.Baru.SMP.Berbasis.Teknologi.Informasi).
Alamak, saya baru tersadar ternyata selama ini dalam benak Bapak Menteri yang terhormat, portofolio siswa dipandang sebelah mata.Pantas saja kebijakannya untuk 'keukeuh' dengan UN sebagai penentu seolah tak bergeser. Sampai di titik ini, saya jadi ragu, apakah Pak Menteri memahami tentang apa itu penilaian dan berbagai macam instrumennya?
Keterkejutan saya ternyata belum berakhir sampai di situ. Begitu membaca paragraf terakhir dari artikel tersebut, benar-benar keterkejutan saya mencapai klimaks. Betapa tidak, seorang Mendikbud memaknai kreativitas hanya sebatas pada 'prakarya' . Yaa Rabb, berilah hambamu ini kesabaran! Toh begitu, tetap saja, rasa geli tiba-tiba menyeruak menggelitik seluruh tubuh saya. Sambil terbahak, saya berteriak,"Maaf Pak Mmendikbud, saya geliiiiii!"