Ia orang makasar. Dari sebuah lembaga pers mahasiswa di UNHAS. Kami bertemu dalam satu momen, yaitu acara Workshop Nasional yang di adakan oleh SUARA USU.
"Apa! Sindbad!"
Ternyata di Indonesia ini ada nama itu. Sedangkan kufikir Cuma aku yang mempunyai nama pena Sindbad. Sungguh menjadi dilema sendiri ketika aku tau nama itu bukan nama pena-nya, melainkan nama asli, atau nama yang tetera di KTP, persisnya Sindbad Okstanza. Aku sempat menanyakan hobinya apa, dan ternyata ia tidak hobi menulis. Aku sedikit lega, karena jika hobi kami sama, delapan puluh persen kupastikan ia memakai nama Sindbad, sebagai nama pena.
Aku hanya bisa bilang kalau kisahku tadi di analogikan, maka tidak selamanya kita merasa diri kita adalah insan yang special. Di luar sana masih banyak manusia yang; mirip, sehobi, dan punya bakat yang persis sama dengan kita. Sekarang tinggal kita apakah bisa menunjukkan popularitas positif dalam membangun potensi yang ada di dalam diri kita, sehingga kita bisa meng-klaim bahwa kitalah yang patut berdiri di depannya.