Kekalahan setan merah atas Everton, adalah kekalahan pertama mereka dari the toffees sejak 1992. Dan isu-isu yang menyebutkan bahwa David Moyes dan Marouane Fellaini adalah agen rahasia yang membuat posisi Everton jauh di atas Manchester United sudah tak asing lagi terdengar.
Dengan materi pemain yang tak jauh berbeda dengan musim lalu, masyarakat banyak beranggapan bahwa Moyes hanya perlu meneruskan apa yang sudah Sir Alex bangun sampai saat ini. Namun kenyataan berkata lain. Pelatih baru, staf kepelatihan baru, dan filosofi permainan yang juga baru, membuat banyak pihak kecewa.
Disini saya akan membeberkan sebab-sebab, mengapa Man United mengalami kemunduran pada musim ini.
Rotasi
Ada baiknya memang bagi sebuah tim untuk melakukan banyak rotasi. Menjaga stamina pemain adalah salah satu alasan mengapa rotasi diperlukan. Tim yang memakai sistem rotasi biasanya bisa dikatakan memiliki kedalaman squad yang baik. Level dan skill permainan setiap pemain yang seimbang, sehingga pelatih berani melakukan sebuah rotasi. Namun, Kepositifan sistem rotasi ini memunculkan terminologi baru yang berdampak negatif, yaitu koordinasi.
David De Gea, Patrice Evra, Van Persie dan Wayne Rooney adalah nama-nama yang bisa dikatakan selalu menjadi penghias starting XI the red devils. Sedangkan yang lainnya, silih berganti menempati kekosongan tim yang ada. Smalling, Rafael, Jones dan Valencia selalu bergantian mengisi posisi bek kanan Man United. Begitu juga di jantung pertahanan Man United, Jonny Evans, Nemanja Vidic, Rio Ferdinand dan lagi-lagi Smalling dan Jones, kerap berotasi di posisi tersebut.
Koordinasi di sisi pertahanan sudah membuat pusing De Gea saat ingin mengantisipasi bola, baik crossing ataupun umpan daerah dari lawan. Tidak terjalinnya intuisi antara penjaga gawang dan pemain bertahan, membuat banyak keputusan diambil dari keraguan.
Asimetris
Baik dalam konteks horizontal dan juga vertikal, David Moyes membuat Man United terlihat asimetris. Mereka tampak seperti tim yang baru saja bermain sepak bola dengan ketidak seimbangannya dalam menyerang dan bertahan. Rooney dan Van Persie yang sama-sama dalam top performance-nya, tidak diimbangi dengan pertahanan yang kokoh dari para pemain bertahan. Tiga poin yang sebenarnya sudah di depan mata pun harus hilang begitu saja karena cara bertahan yang buruk. Keberhasilan mereka mencetak 22 gol di liga, tidak sebanding dengan total 18 gol yang mereka terima.
Man United terlihat lebih agresif melakukan serangan dari sisi kanan yang kerap diisi Antonio Valencia dan Chris Smalling. Valencia yang memiliki kecepatan dan akselerasi yang baik, ditambah aktifnya Smalling melakukan overlap, menjadikan mereka sebagai satu-satunya pilihan Man United saat melakukan serangan. Namun, satu -satunya pilihan Man United itu pun tidak berhasil menciptakan gol, karena akurasi crossing yang buruk dari kedua pemain tersebut. Sedangkan sisi kiri Man United, Shinji Kagawa, Danny Welbeck, Luis Nani dan Ashley Young, masih belum memberikan porsi yang, setidaknya, bisa menyamai level permainan pada sisi kanan Man United.
Tabiat Moyes
Mungkin bagi anda yang sudah bertahun-tahun bersama Man United dibawah rezim Sir Alex, banyak memberikan reaksi kecewa dengan apa yang sudah Moyes lakukan dalam pertandingan. Sir Alex, tak segan-segan memainkan 4 penyerang sekaligus ketika tim sudah tertinggal baik itu satu gol ataupun lebih. Ketika melawan tim kecil, Sir Alex akan mengganti pemain yang bertipe menyerang walau timnya unggul 1-0 untuk menambah jumlah gol mereka.
Namun tabiat (sikap) Moyes berbanding terbalik dengan Sir Alex. Moyes enggan memainkan banyak penyerang ketika timnya dalam keadaan tertinggal. Moyes enggan menambah gol ketika melawan tim promosi. Tabiat ini lah yang harus diubah oleh Moyes. Manchester United bukan lah Everton. Manchester United harus berani mengambil segala resiko dalam setiap situasi apa pun.
Dari 3 penyebab diatas, baik masalah rotasi pemain, asimetris strategi dan tabiat Moyes perlu disikapi dengan baik oleh pihak klub. Jika tidak, jangankan sebagai pesaing title juara Liga Inggris, sebagai penghuni posisi empat besar pun amat sulit bagi Vidic, dkk.