Pada tahun ke-7 kepemimpinan Sultan Iskandar Muda berkisar tahun 1614 Masehi Tengku Khalilullah berangkat dari Sumatera Barat menuju Kerajaan Aceh, berniat ingin menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Namun, keberangkatan haji Tengku Khalilullah gagal berangkat., karena kloter haji yang didaftarkan Tengku Khalilullah kuotanya telah penuh sehingga setibanya ia di istana Kerajaan Aceh rombongan haji telah mendahuluinya berangkat menuju Baitullah (Ali Fahmi, 2008).
Sultan Iskandar Muda kemudian menyarankan kepada Tengku Khalilullah agar niat melaksanakan hajinya diganti dengan mengislamkan sebuah pulau yang bernama Pulo Oe (Pulau Kelapa). Tengku Khalilullah menerima saran Sultan Aceh. Namun, ia tidak mengatahui keberadaan Pulo Oe tersebut. Sehingga Sultan Aceh memerintahkan seorang gadis bernama Putri Meulue yang berasal dari Pulo Oe (Penaaman Pulau Simeulue Zaman Kerajaan Aceh) untuk memberi petunjuk jalan, karena dikhawatirkan akan menyebabkan fitnah, maka Tengku Khalilullah dan Putri Meulue dinikahkan (Sanny, 2007).
Nama Pulau Simeulue memiliki sejarah panjang dengan latar historis yang unik. Pada abad 16 Simeulue dikenal dengan nama Pulo "U" (Pulau Kelapa) yang merupakan wilayah kekuasaan Sultan Iskandar Muda. Kemudian Teungku Khalilullah, seorang ulama yang diutus oleh Sultan Iskandar Muda ke Pulo "U" untuk menyebarkan ajaran Islam mengganti nama Pulo "U" menjadi Pulau Simeulue yang diambil dari nama istrinya yaitu "Putri Si Meulur atau Putri Simaloer." Putri Si Meulur merupakan seorang putri yang lahir dan dibesarkan di Desa Borengan, Kecamatan Simeulue Cut, Kabupaten Simeulue. Sebelum akhirnya ia ditawan perompak yang bekerja sama dengan Raja yang menguasai Simeulue saat itu yaitu Raja Songsong Bulu. Putri Meulur ditawan oleh para perompak Aceh dan dijual menjadi budak di Istana Kerajaan Aceh hingga menjadi salah satu sumber informasi bagi Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda kala itu tentang kehidupan dan keadaan masyarakat Pulo "U" yang belum mengenal Islam. Informasi dari Putri Meulur inilah kemudian menjadi dasar bagi Sultan Iskandar Muda untuk segera mengutus seorang ulama menuju Pulo "U" agar menyebarkan Agama Islam di sana (Roesli, 2017).
Saat ini makam Tengku Khalilullah dan Makam Putri Meuluer berdampingan di satu Kompleks Pemakaman di Desa Latak Ayah, Kecamatan Simeulue Cut, Kabupaten Simeulue.