Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Budaya Papua dan Masa Depan

20 Maret 2023   14:00 Diperbarui: 22 Maret 2023   10:41 1679 5
Menggeluti fenomena budaya yang ada di bumi Cenderawasih, tentunya kita akan menjumpai berbagai macam keunikan, mulai dari suku, bahasa, religi, hukum, adat-istiadat, seni, dan tradisi lainnya yang terkandung dan berada dalam kehidupan masing-masing kebudayaan, hingga kini tetap eksis dan diwariskan secara turun-temurun.

Kebudayaan di Papua sebagai "Pintu" yang membawa manusia ke pemahaman yang lebih komprehensif dan mendasar tentang hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk historis. Sebagai makhluk historis, kehidupan manusia juga ditopang oleh pandangan hidup dan nilai-nilai yang khas manusiawi.

Papua memiliki budaya yang beragam, secara keseluruhan Papua dihuni oleh kurang lebih 255 suku. Kebudayaan disini menempati posisi yang paling sentral dalam seluruh tatanan hidup manusia. Bahkan seluruh bangunan hidup setiap suku yang ada, berdiri di atas landasan kebudayaannya.

Setiap suku di Papua memiliki tradisinya masing-masing, meskipun bentuk dan coraknya yang terbilang berbeda. Namun, kebudayaan tersebut secara jelas menampakkan kesamaan kodrat manusia dari berbagai suku, bahasa dan ras.

Sebagai salah satu etnis Melanesia yang terbesar di kawasan Pasifik, Papua juga telah menyimpan banyak warisan leluhur, sudah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan jauh maupun akan terus berjalan sejauh mata memandang hingga menapaki bumi Cenderawasih seiring dengan alur dan rotasi waktu.

Kebudayaan memberi nilai dan makna pada hidup manusia untuk memahami hakikat kebudayaan. Tidak ada manusia yang hidup diluar ruang lingkup budaya. Sebagai masyarakat adat (Papua) sesungguhnya telah melewati perjalanan sejarah kebudayaan yang panjang. Hal ini berimplikasi pada beragam pengalaman hidup yang sangat bernilai.

Seorang antropolog Amerika Serikat (Clyde Kluckhohn, 1949) dalam karyanya yang terkenal sepanjang masa, kebudayaan didefinisikan sebagai suatu desain kehidupan (a design for living). Oleh karenanya, perkembangan manusia dan kebudayaan tergantung pada sosialisasi, yakni proses interaksi untuk menemukan identitas diri dan keterampilan sosial.

Dalam budaya masyarakat Papua nilai-nilai luhur yang telah dipertontonkan dan terukir di bumi Cenderawasih ini mementaskan segenap kreativitas dan tingkah lakunya. Akhirnya pantas untuk mengikut sertakan seluruh nilai, baik yang bersifat material maupun nonmaterial.

Dalam konteks ini, masyarakat Papua sedang mengalami transisi budaya lokal ke budaya global. Kian terasa bahwa kemajuan dan kemandirian masyarakat tidak cukup hanya bertopeng pada nilai-nilai budaya tradisional, tetapi juga diperhadapkan pada pembangunan manusia yang berpijak pada landasan budaya yang dinamis.

Terutama, karakter budaya yang dewasa ini kurang mendapat perhatian secara serius dan intens. Masyarakat saat ini menganggap budaya sebagai dunia individual dan story ketimbang dunia sosial dan histori. Hal ini lambat laun menjadi krisis budaya yang tampak jelas pada pergeseran nilai, sikap dan gaya hidup.

Jika budaya Papua dianggap sebagai "Pintu", pertanyaannya sekarang. Apa ekspektasi untuk masa depan? Inilah bagian yang harusnya direfleksikan, tidak hanya sekedar interaksi tetapi juga intropeksi, di tengah gejolak perubahan yang dahsyat melanda dunia, budaya lokal justru tercekam oleh dilema yang tidak jelas jalan keluarnya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa krisis budaya ini merupakan tantangan terbesar dalam perkembangan budaya Papua, yang  muncul karena hambatan dari dalam kebudayan sendiri, tetapi juga pengaruh nilai-nilai budaya asing yang semakin tidak terbendung.

Persoalan seperti ini disebut masalah peningkatan daya saing kultural, sehingga kehidupan masyarakat Papua tidak lebas dari segala bentuk neokolonialisme. Seharusnya, sebagai daerah yang memiliki sejarah kesukuan yang unik dan dinamis, kesadaran budaya lokal diharapkan mampu memberikan spirit dan motivasi bagi kehidupan masyarakat di masa kini dan masa depan.

Itu pun, jika pembangunan daerah dianggap pembangunan manusia dan masyarakat Papua seutuhnya, maka otonomi dan kebebasan dunia budaya mestinya didukung oleh semua pihak demi masa depan generasi, budaya, dan daerah. Jika tidak maka dunia kreativitas itu akan degradasi.

Budaya Papua dan masa depannya saling bergantung satu sama lain. Tanpa budaya manusia tidak bisa melangsungkan hidup. Karena kehidupan manusia ditopang oleh pandangan hidup dan nilai-nilai kemanusiaan yang unik, sehingga manusia berusaha memahami kehidupan dan keberadaan di dunia sekitarnya untuk mencapai tujuan hidup.

Pijakan "Budaya Papua dan Masa Depan" menjadi tujuan utama dalam menanamkan nilai kesadaran agar masyarakat semakin arif dan bijak dalam melakoni masa yang belum pasti, paling tidak kesadaran budaya akan mengantar manusia untuk tidak akan membuat kefatalan yang sama, serta senantiasa mengakui dan menghayati bahwa dalam budaya elemen masa depan menjadi barometer dalam menata kehidupan.

Dampak dari kurangnya kesadaran budaya, budaya di Papua mulai memudar dari kehidupan masyarakat. Lantas bagaimana masyarakat akan hidup di masa depan? Pengetahuan tentang budaya Papua sejauh ini tampaknya lebih pada pembuktian filosofis yang harus dinyatakan secara tegas.

Kesadaran budaya sangat penting karena sudah pasti diyakini bahwa apa yang terjadi di tempat lain, misalnya di etnik lain seperti Jawa, Sumatera dan Maluku meski hal ini menyangkut sesuatu yang ideal, belum tentu sesuai dengan konteks Papua.

Mengapa? Kesadaran budaya akan masa depan adalah jawabanya. Budaya ala barat sangat cocok untuk konteks barat, sebaliknya mungkin tidak sepenuhnya cocok untuk Papua, karena ruang antara barat dan Papua berbeda.

Demikian pula, apa yang baik atau bahkan yang terbaik saat ini belum tentu ideal untuk masa depan. Sistem kepemimpinan Freddy Numberi hanya cocok untuk zamannya dalam momen tertentu saja, begitu juga kecerdasan J.P. Salossa, gaya Barnabas Suebu dan Lukas Eenembe niscaya hanya berada dalam zamannya.

Sesuatu yang baik pada saat itu belum tentu relevan dengan konteks hari ini. Kendati pun demikian, sesuatu yang baik pada level sekarang belum tentu baik di masa depan. Di sinilah dimensi temporal dan spasial yang perlu diinterpretasikan dalam menerjemahkan budaya Papua agar tidak terjadi generalisasi yang tidak tepat.

Pada batas-batas tertentu, pengembangan kesadaran budaya harus bertumpu pada pengetahuan tentang fakta masa depan, yang mengandung kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Masa lalu adalah pijakan bagi kehadiran masa kini dan masa kini adalah kerangka pengetahuan menuju masa depan. Serta masa depan adalah sesuatu yang belum, namun pasti akan terwujud.

Atas dasar pemikiran ini, budaya Papua dapat dipahami sebagai masa lalu yang belum selesai dan sebagai masa depan yang akan segera terjadi. Sepintas pemikiran ini tampak menekankan dimensi masa lalu, tetapi secara implisit lebih mendorong kelanjutan tridimensional waktu dengan perhatian yang besar pada masa depan.

Seperti apa identitas masyarakat tergantung pada kemampuan masyarakat untuk merancang dan membangun kebudayaannya serta belajar tentang desain kehidupan yang khas, yaitu strategi masyarakt dalam menghadapi lingkungan fisik dan sosial serta menghadapi berbagai tantangan dan persoalan.

Perjalanan budaya yang berkelanjutan memberi tugas dan tanggung jawab untuk menciptakan suatu tipe budaya yang kondusif bagi pembentukan karakter manusia dan masyarakat yang aktif-kreatif-dinamis.

Pengalaman budaya semacam ini akan membentuk sikap hidup manusia terhadap realitas yang ada di sekitarnya, yang pada gilirannya membentuk pandangan hidup dan kesadaran. Sikap optimis dan hidup penuh harapan akan mendorong masyarakat untuk mengarahkan hidup ke masa depan.

Wawasan kesadaran budaya sangat penting dalam kehidupan masyarakat Papua, terutama dalam menghadapi perubahan dunia dan perkembangan teknologi. Dalam realitas ini masa depan merupakan sesuatu yang sangat nyata di depan manusia, tanpa alasan untuk menunda dalam hal mempersiapkan hari esok, masa depan adalah milik mereka yang sadar dan mempersiapkan hari ini.

Sehingga dalam kelangsungan hidup ini dapat memberikan kontribusi dalam mempertegas identitas masyarakat dalam memformulasikan apa yang harus dilakukan dan yang tidak harus dilakukan untuk menata kehidupan secara kreatif dan inovatif.

Kendati pun demikian budaya Papua dan masa depan hendaknya menjadi ruang masyarakat Papua untuk berprakarsa dan berinisiatif, untuk menyatakan pendapat baik secara lisan maupun tertulis untuk berkreasi dalam pelbagai bidang kehidupan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun