Rokok menjadi kebutuhan dasar masyarakat Indonesia, layaknya makan dan minum, bahkan menjadi komoditas utama dan target utama dalam menaikkan pajak untuk kas negara. Namun tampaknya sebatang rokok lebih penting daripada setangkai daun pohon. Padahal pohon menghasilkan buah yang kita asup dan oksigen yang kita hirup, suasana rileks nan rindang pun dihasilkan pohon secara gratis. Tetapi masyarakat lebih memilih rokok yang ditukar dengan uang dan dibuang secara lapang. Pelarangan rokok demi lestarinya lingkungan menyimbolkan antagonistik publik, "pembatasan kebutuhan masyarakat": Alam hijau memberikan kita rahmat tembakau untuk dinikmati, tetapi engkau melarang untuk kita nikmati agar alam tidak mati. Sungguh nista, bahwa ia yang memberi akan mati!
KEMBALI KE ARTIKEL