"Wong ko ngene kok dibanding-bandingke, saing-saingke ya mesti kalah. Tak oyak'o aku yo ora mampu, mung sak kuatku mencintaimu. Aku yang seperti ini kok dibanding-bandingkan, disaing-saingkan. Ya, pasti kalah. Sekuatku mencintaimu. Tetapi, kalau ayahmu menyodorkan pria mapan itu, jelas aku nggak mampu bersaing," ujarku beralasan. Aku mahasiswa teknik tahun keenam yang belum kunjung skripsi ini jelas tak ada apa-apanya dibandingkan dia. Kamu hanya tertunduk mendengar penuturanku.
KEMBALI KE ARTIKEL