Pada bagian akhir ini, akan dibahas tentang prinsip ekolokasi yang digunakan kelelawar untuk menangkap mangsanya pada cahaya redup atau malam hari. Tentu saja sudah menjadi bagian umum mengenai prinsip ekolokasi pada kelelawar, karena sebagian besar penelitian tentang kelelawar meneliti prinsip ekolokasi.
Kelelawar memancarkan gelombang ultrasonik (Frekuensi antara 25 kHz – 100 kHz) dalam bentuk pulsa. Pulsa yang dipancarkan kelelawar akan dipantulkan oleh benda di sekitarnya dalam bentuk gema (echo). Gema ini akan diterima kembali oleh chiroptera kemudian dianalisis oleh sistem otak chiroptera untuk menginterpretasi dan mengetahui posisi objek tersebut (Gambar 5).
Gambar 5. Gelombang pulsa yang dipancarakan kelelawar (E) dan gema yang dipantulkan saat menabrak objek (R). (Sumber: google)
Informasi yang di terjemahkan dari gelombang Echo:
- Mendeteksi target berdasarkan dari frekuensi gema yang dipantulkan.
- Jarak dapat dibedakan berdasarkan selang waktu diterimanya gema yang dipantulkan.
- Arah sudut dapat dibedakan sari perbedaan amplitudo yang didengar.
- Kecepatan dan lintasan dibedakan berdsarkan perubahan frekuensi antara pulsa dan gema.
- Ukuran dan bentuk target dibedakan berdasarkan frekuensi gema.
Pada ekolokasi juga menerapkan efek dopler dimana perubahan frekuensi teramati dari sebuah gelombang bilamana sumber pemancar atau pendengar gelombang tersebut bergerak relatif terhadap medium perambatan (Gambar 6).