Jalanan yang rusak mencapai 110 KM. Dan saat ini, masyarakat tigabinanga dan masyarakat perantauan sedang menggalang dukungan untuk memprotes keadaan jalanan melalui media koran, televisi dan radio serta face book. Namun sangat disayangkan Pemerintah Kabupaten yang katanya sudah mengusulkan ke pemerintah propinsi sebagai perwakilan pemerintah pusat di daerah.
Kecemburuan masyarakat yang kaya akan hasil pertanian jagung ini dibandingkan dengan fasilitas jalan di daerah lain adalah cukup beralasan. Kalau melihat scopenya maka Kecamatan Tigabinanga adalah gorontalonya sumatera utara. Namun apa hendak dikata pemerintahku tuli, pemerintahku bisu?
Masyarakat disana yang dijumpai oleh penulis menyatakan : Apakah kami harus menutup jalan ini tidak bisa dilewati oleh siapapun baru jalan kami diperbaiki? Ato kami harus mengikuti gaya Si Bibit dan Si Chandra dengan mengerahkan massa dan facebooker? Cukup menjadi sebuah tanda tanya besar jika memang aspirasi kami rakyat ini harus diperbandingkan dengan masa? Apa bedanya kita dengan hukum rimba jika memang harus banyak kuantitas baru didengar?
Sadarlah wahai manusia yang lagi menjabat, kami yang disini juga seorang manusia bahkan manusia yang setiap bulan anda pungut pajaknya. Jangan pernah memberikan analogi ke kami lagi tentang : Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepada anda tetapi tanyakanlah apa yang sudah anda berikan bagi negara. Kenapa? Karena kami sudah sangat sabar, Jalan kami sudah 5 tahun tidak diperbaiki.
Inilah Suara Rakyat Marginal ... Sora Rakyat Sirulo .