Pikirku terus melayang. Aku dorong kereta berisi rumahku. Di antara angin yang berhembus, aku terobos terang jalannya.
Dimana aku? Sudut kota terpencil, tempat kau menjual jiwaku, dan membiarkan diriku bernyanyi.
2 orang pria berseragam, membogrol kedua tanganku. Mereka berteriak, aku gila.
Sayang, kembalikan jiwaku bersama rumahku!
Di sudut ruang jeruji, aku tertawa, berbalut baju putih. Nafas berhenti seketika dalam waktu.
http://sihijau.wordpress.com/2012/04/21/di-sudut/