Tak ada tanda, hanya ada sinar. Terkadang aku membencinya, seringkali dia membuatku menyesali atas waktu.
Sekarang, aku harus menyalahkan siapa ketika aku tak lagi bersinar? Ini bukan rahasiaku, ini rahasianya. Dia selalu puas saatku bertanya. Dia selalu tersenyum saat aku akhirnya mengerti.Dia selalu membisu saat aku menangis di dalam peluknya.
Bila aku malam, aku akan bercumbu bersama sinarnya. Namun, aku bukanlah dia.
Bila aku pagi, mungkin aku berlari dibawah sinarnya. Namun, aku bukanlah dia.
Aku hanyalah bayangan yang menunggu kematian kedua kali.
sebuah fiksimini