ketika awan kecewa membendung pandang,
saat seakan semua terlihat hitam,
tak ada lagi harapan yang terlihat,
seakan semuanya musnah dalam satu asa.
Berkali lagi, terucap kata menyakitkan.
BagiNya yang menciptakan dan baginya yang melahirkan,
seakan menjadi satu dalam luka.
Berkata, "tak ingin dilahirkan!"
Terucap disaat harap tak ada lagi.
Oh, bagaimana bila itu sungguh terjadi?
Tidak! Jangan benci kelahiranmu!
Aku tahu ini tidak !
Ya, tentu saja Kau tahu!
Sekarang aku harus apa?
Mintalah Dia! Carilah Dia! ketuklah !
hei hidupmu berharga, sahabatku!
Tapi ini tidak mudah!
Apakah Aku pernah menjanjikan yang mudah?
em, tidak, tapi kau janjikan pelangi yang indah sehabis hujan!
mengapa kau tidak mengerti juga sahabatku?
Sekejap mata terpejam,
menatap langit biru.
Mungkin, tidak, inilah alasannya.
Ya, kenapa aku harus lahir disini?
Karena Dia ingin memperlihatkan keindahan. Betulkah?
tentu saja benar sahabatku! JanjiNya seperti fajar, Dia tidak akan pernah terlambat! CintaNya layaknya sungai yang mengalir! ! Percayalah!
Doaku:
Ajarku Tuhan untuk lebih mendekat padaMu,
dijalan yang sulit ini, berikan aku pelangi setiap harinya.
Jauh lubuk hatiku, aku ingin menikmati hidup ini.
Aku tahu, tapi aku sering membohongi diriku.
Ajarlah aku untuk jujur karena hidup ini indah.
Tidak ada yang mustahil didalam jalanMu.
Hanya saja ajarlah aku, untuk dekat lebih lagi padaMu.
Dan jangan berhenti menuntun langkahku!
Ajarlah aku untuk bersyukur karena telah terlahir, karena inilah yang tersulit.
Amin.
Jakarta,12 juni 2010
(fiksi belaka)