Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Falsafah Berjualan Kelapa untuk Dahlan Iskan Capres 2014 (Parang Itu Sudah Tumpul Pak Dahlan...)

22 April 2014   01:41 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:22 470 0
Sudah lama saya tidak memegang parang untuk mengupas kelapa yang akan dijual. Dulu saya pernah mengupas kelapa bersama 2 orang karyawan dan dibantu oleh adik-adik saya 1 truk penuh (kurang lebih 10rb butir) untuk dijual bungkilan karena harga kopra sedang naik-naiknya. Saya faham dan lancar-lancar saja mengikuti karyawan saya mengupas kelapa tersebut dan tidak kalah cepat dari mereka yang lebih sering mengerjakan pekerjaan itu. Saya tidak pernah memikirkan apa saja yang perlu untuk mengerjakannya karena sudah disiapkan oleh mereka.
Beberapa hari yang lalu setelah berhasil lagi mendapatkan salah satu kios dipasar tradisional, saya bertekad akan mengerjakan sendiri dulu semuanya untuk mengetahui kondisi pasar disana. Semua sudah dipersiapkan mulai dari parang, balok kayu dan tentunya parutan baru. Saya mulai berjualan sendiri dengan strategi yang telah ada selama ini. Kertas-kertas berisi iklan saya membuka kios disana pun ditempelkan dengan embel-embel tentunya untuk menarik minat konsumen. Hari pertama hanya terjual sedikit tapi saya tetap optimis dan tenaga saya juga masih belum terkuras. Hari kedua mulai 2 kali lipat dari hari pertama. Hari selanjutnya masih stagnan dan kemarin mulai peningkatan. Mulai terasa ternyata tidak segampang yang dulu mengupas 1 truk. Saya ternyata tidak memperhatikannya selama ini. Parang yang saya pergunakan ternyata terlalu tebal yang membuat kelapa yang saya kupas selalu gagal utuh. Pelanggan mulai menertawakan saya atas kejadian itu, tapi da juga yang berbaik hati mau mengupas sendiri kelapa yang dibelinya (saya yakin beliau mau karena harga ditempat saya jauh lebih murah dari tempat lain sih..).
Banyak kegagalan kelapa yang saya kupas dan terancam tidak dibeli pelanggan dan kerugian sudah didepan mata. Tapi bukan Sitanggang namanya jika tidak memiliki ide. Untuk menghindari kerugian kelapa saya parut dan saya bagi-bagi kedalam bungkusan-bungkusan dan saya tawarkan lebih murah kepada pelanggan dan akhirnya kerugian tidak terjadi. Mengapa hal itu terjadi..?
Akhirnya saya menyadari bukan karena keahlian saya dalam hal kelapa yang jadi penentu. Untuk mengetahui kwalitas kelapa dalam sekali sentil saya bisa mengetahui kelapa itu asli tua dari pohon atau dipaksa kelihatan tua dengan cara diangin-anginkan atau dijemur dibawah terik matahari. Saya juga bisa hafal ciri-ciri kelapa dari beberapa daerah, dan seperti saya katakan diatas saya juga lihai mengupas kelapa karena saya pernah mengupas sampai 1 truk hanya dengan dikerjakan beberapa orang. Ternyata setelah kelapa itu sudah ada lebih 3 hari setelah sampai digudang maka kelapa itu akan mudah pecah dan minimal langsung retak saat kelapa sudah setengah dikupas. Disinilah kegagalannya...

Ternyata bukan keahlian saya tentang kelapa,cara menjualnya yang baik dan pengalaman saya menaklukkan kelapa tersebut yang menentukan keberhasilan saya berjualan dan mendapatkan marketing position. Walau pernah menaklukkan kelapa 1 truk itu bukan jaminan saya ada dibenak konsumen. Walau parang saya tebal dan tajam (walau tidak setajam silet) bukan jaminan saya berhasil mengupas kelapa dengan baik dan hasilnya utuh tanpa pecah. Ternyata keahlian saya tertutup semua oleh sebuah aspek yakni parang yang saya pergunakan terlalu tebal dan terlalu besar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun