Lorong yang lainnya terletak bersebelahan dengan ruang santai, tempat penghuni asrama bersama-sama menonton acara TV. Ujung lorong itu berakhir di pintu yang menjadi akses pintu keluar menuju ke halaman belakang. Pada dinding lorong tersebut terdapat batang-batang kayu dalam posisi horizontal yang dipasang berderet vertical. Belakangan saya baru tahu bahwa susunan tongkat kayu tersebut merupakan peralatan untuk peregangan tubuh yang boleh digunakan oleh penghuni asrama. Saya kadang-kadang mencoba melakukan 'pull-up' atau menggantungkan kaki dan melakukan 'shit-up'. Untungnya lampu di langit-langit lorong tersebut sengaja dipadamkan terus, sehingga saya bebas beraktivitas di deretan batang kayu tanpa terlihat orang lain. Namun saya dapat mendengar suara teman-teman yang sedang bermain billiard, pingpong, dan bercanda di depan TV.
Pada hari Sabtu pagi, sekitar pukul 08.00 saya mencoba keluar untuk merasakan jogging dalam cuaca dingin. Rute yang saya tempuh hanya sepanjang satu kilometer, mengelilingi blok bangunan hunian di sekitar gedung asrama. Saya tergoda untuk melakukan aktivitas olah-raga lari setelah melihat seorang perempuan berlari seorang diri dengan pakaian training melintasi trotoar. Hal itu membuat saya berpikir: 'Seperti apa ya rasanya berlari dalam cuaca dingin di luar gedung?'
Ketika saya mengenakan sepatu jogging di depan pintu asrama, seorang staf pengurus asrama baru tiba dengan sepedanya. Perempuan muda usia itu lalu berkomentar: "Hi, You look very active!". "Thank you. I will jogging around block", saya membalas sapaannya.
Berlari santai dengan kaos training lengan panjang dan celana panjang membuat tubuh saya terasa hangat serta berkeringat. Cuaca dingin di luar saya nikmati sebagai realita bahwa saat ini saya sedang di negara, di benua Eropa, kawasan yang berada di utara khatulistiwa, tidak jauh dari kutub utara.
Jogging di atas pedestrian, mengelilingi beberapa gedung apartemen sempat membuat saya merasa ketakutan setelah saya tersadar bahwa seluruh bangunan di tepi jalan berbentuk sama. Saya sempat kebingungan ketika mencari belokan jalan untuk pulang ke asrama. Semua gedung terlihat sama. Nama jalan hanya berupa papan kecil yang ditempelkan di dinding gedung. Tidak ada tiang listrik, tak ada gardu, tak ada warna mencolok yang dapat dijadikan 'eye ctaching', semua hanya berupa dinding bata exposed berwarna coklat tua. Namun setelah mengira-ngira posisi beserta letak jalur jalan, akhirnya saya dapat menemukan kembali letak gedung asrama saya. Pengalaman ini membuat saya sadar bahwa mengenal lingkungan sekitar sangat penting, setelah beberapa bulan tinggal di kawasan tersebut. Kalau saya hanya mendekam terus di dalam kamar asrama, bagaimana mungkin saya bisa mengenal kondisi geografis wilayah kota. Meskipun kalau membandingkan aspek kenyamanannya, tentu lebih nyaman tidur atau nonton TV di dalam gedung yang udaranya hangat sepanjang hari karena terdapat fasilitas penghangat ruang, daripada keluyuran di luar dalam cuaca dingin. Namun saya merasa bahwa itu merupakan kerugian besar. Saya lebih menyukai blusukan, menikmati suasana yang benar-benar baru, yaitu suasana tertib, tenang, jauh dari kebisingan suara, udara bersih, beberapa kali melihat sejoli berjalan bergandengan tangan di trotoar, atau seorang perempuan bergegas mengayuh sepeda dengan setelan jaket hitam, celana legging hitam, dan sepatu boot hitam, menuju ke tempat kerjanya.
Pada awal musim panas, saya membaca pengumuman tentang acara lari marathon yang diadakan oleh penguasa distrik kota. Saya sangat tertarik untuk mendaftar ikut. Inilah kesempatan untuk melihat warga kota berkumpul sekaligus berolah-raga pada hari Minggu, di awal 'summer' yang ditunggu-tunggu warga kota.
Pukul 08.00, letusan pistol tanda 'start' menandai awal lari marathon warga kota. Ratusan warga mulai berlari di sepanjang jalan. Saya berlari terengah-engah mengikuti seorang remaja perempuan yang berlari dengan irama konstan di depan saya. Jarak 5 kilometer dapat saya tempuh dengan terus berlari tanpa henti meskipun saya tidak mempersiapkan diri dengan latihan rutin. Tua, muda, anak-anak, laki-laki-perempuan, semua bergabung dalam event musim panas yang masih menyisakan udara sejuk musim semi. Sangat menyenangkan ketika melihat jalanan kota yang bersih dari sampah. Berkat acara marathon itu, saya akhirnya bisa mengenal lebih mendetail kondisi jalanan kota di distrik tempat arsama saya berada.
Ketika masuk 'finish', saya lihat para peserta bergegas menuju ke meja-meja yang dipasang berjajar di tengah jalan. Tampak kue-kue basah nan lezat disediakan oleh panitia. Buah-buahan yang menyegarkan juga tersedia melimpah seperti: jeruk Sunkist dan pisang import. Saya sempat ragu-ragu untuk mengambil kue dan buah tersebut. Namun setelah yaqin bahwa semua itu disediakan dengan cuma-cuma, maka saya segera mencomot beberapa buah dan memakannya di tepi jalan bersama-sama dengan penghuni arsama lainnya yang ikut serta. Staf asrama yang mendampingi saya tersenyum dan bertanya tentang acara tersebut:
"Do you like marathon that you have joint for?"
" Yes, I feel fresh after running 5 kilometer"
"Ok, let's go home!", ajaknya kepada kami semua untuk pulang ke asrama.
Kami berjalan pulang menyusuri jalur-jalur jalan di sela-sela gedung apartemen hunian. Kadang-kadang saya temui arena bermain anak-anak berupa kolam pasir yang dilengkapi dengan ayunan, jungkat-jungkit, dan prosotan. Seperti hari-hari biasanya suasana terasa sepi tanpa kerumunan penghuni.
Sambil berjalan pulang, kami sempat berbagi cerita tentang kejadian di perempatan jalan besar yang dilalui saat lari marathon tadi. Saya dan pelari lain melihat seorang petugas polisi lalu-lintas terlibat cekcok dengan seorang petugas pengaman marathon (mirip polisi pamong praja). Entah apa yang diperselisihkan, namun kelihatannya tentang kewenangan hak mengatur arus lalu-lintas kendaraan dan rombongan pelari marathon yang bertemu di perempatan jalan besar tersebut. Mereka berdua hanya saling mendorong dan membentak, tidak terjadi saling memukul. Kelihatannya si petugas polisi pamong praja dalam kondisi mabuk saat bekerja. Untunglah insiden itu tidak merusak suasana ceria kami.
7 April 2014.
activate javascript