Sebelum memasuki ke jalur jalan tol Banyumanik - Bawen, terlebih dahulu kami melewati jalan tol Manyaran yang berakhir di gerbang tol Tembalang. Pemandangan di kanan dan kiri jalan tol Manyaran - Tembalang tidak begitu menarik sebab hanya didominasi rumah-rumah penduduk yang bertengger di lereng-lereng perbukitan. Namun diantara tumpukan rumah tersebut, ada sedikit suasana yang menghibur ketika mata saya menatap sejumlah rumah mewah di kawasan pebukitan Candi. Kawasan elit di Semarang itu pertama kali saya kenal ketika bus antar kota yang saya naiki dari Jogja ke Semarang masih boleh memasuki kota pada masa tahun 1970-an hingga 80-an.
Selepas pintu tol Banyumanik dikejauhan terlihat Gunung Merbabu dan Merapi yang menjadi pasangan gunung paling fenomenal di poros Utara- Selatan provinsi Jawa Tengah. Gunung Merbabu tampak masih utuh pada bagian puncaknya, sedangkan puncak Gunung Merapi tampak tidak beraturan akibat letusan.
Sekumpulan pohon Pinus di kiri-kanan jembatan Penggaron menjadi panorama yang sangat memikat seolah-olah saya sedang melintasi jalur autobahn di Jerman. Hal inilah yang bisa menghibur saya akibat kurang tidur disertai tubuh pegal-pegal setelah melewati jalan rusak di jalur Subang - Majalengka yang saya alami semalam. Bila saya bandingkan dengan tol Cipularang, menurut saya tol Banyumanik - Bawen memiliki pemandangan yang lebih bagus.
Kendaraan yang melintasi tol Banyumanik - Bawen saya perhatikan hanya kendaraan kecil. Mungkin desain bentangan jembatan masih beresiko bila dilintasi kendaraan-kendaraan bertonase berat. Kendaraan berat yang biasanya berjalan sangat pelan akibat tanjakan panjang seperti banyak terlihat di tol Cipularang, tidak akan ditemui di tol Bawen. Truk-truk container dan bus diharuskan tetap melewati jalur lama, melewati kota Ungaran.
Keadaan alam berupa pegunungan di pinggir selatan kota Semarang yang jadi lokasi pembuatan jalan tol tersebut mengharuskan para insinyur teknik bangunan harus mendesain beberapa kolom penyangga jalan sehingga membentuk jalur bentangan atau jembatan. Ada tujuh bentang jembatan yang sempat saya catat, masing-masing diberi nama sesuai letak bentangan tersebut. Tujuh bentang jembatan itu, adalah:
- Jembatan Banyumanik 1
- jembatan Banyumanik 2
- jembatan Gedawang
- jembatan Susukan
- jembatan Penggaron
- jembatan Tinalun
- jembatan Lemah Ireng.