Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Surat Protes Ica Kepada Ibunya

26 April 2014   04:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:11 89 0
Perasaan cemburu kakak kepada adiknya kadang-kadang masih terjadi pada anak-anak. Hal itu pula yang saya ketahui setelah membaca surat-surat Ica, anak saya kepada Ibunya. Surat tulisan tangan itu saya baca setelah terjadi drama saling memberikan surat antara Ica dan istri saya, pada hari Rabu malam kemarin.

Peristiwa sore itu bermula dari perintah istri saya kepada Ica untuk melaksanakan kewajiban Sholat Maghrib. Setelah berulang kali perintah itu tidak digubris, akhirnya istri saya diam dan mengajak si bungsu (adik Ica) masuk ke kamar untuk bergurau, meninggalkan Ica yang masih asyik menonton TV.

Merasa dirinya diabaikan, Ica lalu menulis surat. Saya yang kebetulan juga berada di dalam kamar, ikut mengetahui adegan penyerahan 'surat protes' oleh Ica kepada ibunya. Istri saya kemudain juga membalas surat tersebut di lembar kertas yang sama. Begitulah saling menyerahkan surat terjadi berulang kali. Saya tidak mau ikut campur.

Berikut ini adalah kutipan tulisan tangan isi surat  antara mereka berdua:

Surat dari Ica:

Ica

Nda, bisa nggak sih jadi orang tua yang baik? Biar anaknya nurut, makanya dengan cara halus dan nonton TV !!!

Kalo orang tua mengajari anak dengan cara kasar maka anak akan lebih nakal lagi.

Tolong dimengerti (hurufnya sengaja dibuat besar).

Maaf kalo kata-kata saya kurang mengenakkan.

Jawab di belakang (maksudnya jawabannya ditulis di bagian belakang lembar kertas). Mohon kasih ke kamar, dan jangan kasih tau ayah !!!!

Balasan dari istri saya:

Ya sayang, bunda ngerti banget...tapi...tapi bunda sudah menasehati dengan cara halus beribu-ribu kali, tapi tidak mempan, emang Ica gak ngerasa, sampai bunda merasa Ica tidak pernah peduliin bunda. Setiap bunda ngomong gak pernah digubris, emang bunda gak sakit hati digituin ama anak. Kalau bunda marah-marah berarti bunda sudah benar-benar marah, bunda kan jarang marah.

Jawaban dari Ica:

Maaf ya bundaku tercinta, aku pake bahasa yang gak sopan. Sekarang Ica ngerti kok. Makasih Bunda. Jawab.

Balasan dari istri saya:

Nah...gitu dong. Itu baru anak Bunda. Ica dah tahu kan kesalahannya? Kalau tidak salah gak mungkin Bunda marah-marah. Bunda pingin Ica jadi anak yang selain pintar juga baik dan nurut orang tua. Makanya Bunda selalu ngasih tahu kalau Ica ada salah. Ica lihat sendiri ibu-ibu di tetangga kita, kan lebih galak sama anaknya disbanding Bunda, itu karena mereka pingin anaknya jadi anak yang baik, sholat tidak boleh ditinggal, rajin belajar dan nurut orang tua.

Oke. Sip deh, sekarang Bunda mau lihat Ica sudah berubah baik atau belum.....?

Jawaban Ica:

Ica sayang Bunda. Bunda juga kan sayang aku sama kayak Bagas (adiknya)? Jawab.

Balasan dari istri saya:

Ya jelas, Bunda sayang Ica kayak Bagas. Makanya Bunda sering nasehati Ica supaya jadi anak yang baik. Kalau gak sayang bunda cuek aja. Ica mau ngapain juga Bunda gak peduli. Bunda sangat sayang Ica.

Jawaban Ica:

Akulah yang paling sayang 'Nda'. Ke kamar.

______________________________________

Setelah saling memberikan kertas surat, akhirnya Ica pergi ke belakang untuk berwudlu lalu melaksanakan sholat Maghrib. Usai sholat Maghrib, sambil tersenyum-senyum dia memasuki kamar kami untuk mengerumuni Bagas. Istri saya juga senyum-senyum. Saya diam saja, pura-pura tidak tahu.

25 April 2014

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun