Lantas, apa itu Kultivasi? Kultivasi yang dimaksud disini adalah pengolahan kekuatan dan pembudidayaan energi didalam tubuh seseorang yang dilatih melalui latihan raga, pernafasan, konsentrasi, spiritual, atau dengan mengonsumsi ramuan tertentu secara bertahap agar dapat meningkatkan kemampuan khusus dan mampu menduduki peringkat tersendiri dalam sistem hierarki kekuasaan. Singkatnya, semakin seseorang sering mengasah keterampilannya, maka semakin tinggi tingkat kekuatan yang dia miliki, inilah yang disebut dengan Kultivasi.
Contohnya, di dalam serial BTTH, ada sepuluh tingkatan Kultivasi yang harus dicapai seseorang agar bisa mendapatkan posisi kedudukan dan kekuasaan yang lebih tinggi lagi. Ke-10 tingkatan Kultivasi tersebut adalah : Dou Zhi, Dou Zhe, Dou Shi, Dou Ling, Dou Wang, Dou Huang, Dou Zong, Dou Zun, Dou Sheng, dan Dou Di. Seluruh tingkatan Kultivasi ini dapat dicapai melalui julur tertentu, seperti metode meditasi, teknik rahasia, jurus khusus, ataupun konsumsi pill tertentu.
Lalu, apakah Kultivasi memang benar-benar ada di dunia nyata? Jawabannya : ada. Tapi, Kultivasi di dunia nyata berbeda dengan Kultivasi yang ada di film-film. Pertanyaan selanjutnya, apakah semua perguruan pada zaman dulu mempunyai sistem Kultivasi yang sama? Jawabannya : tidak, karena setiap perguruan di zaman kerajaan kuno memiliki basis kultivasinya masing-masing. Misalnya, di India kuno menerapkan sistem "Chakra" sebagai standar kultivasinya, sedangkan di Tiongkok kuno menerapkan sistem "Qi" untuk standar kultivasinya. Beda perguruan, beda pula penerapan kultivasinya. Jika diibaratkan, beda anime, beda pula universe-nya, meskipun temanya sama, yaitu tentang kekuatan.
Dan pertanyaan yang terakhir, seperti apakah sistem Kultivasi di bumi Nusantara ini? Jawabannya : sangat beragam, karena di Nusantara terdapat banyak sekali suku, setiap suku mempunyai sistem budaya dan sistem kepercayaan yang bervariasi, sehingga memiliki varian Kultivasi yang beraneka macam. Tapi, ada juga versi perguruan kuno yang menggunakan dasar filosofi wayang untuk menentukan tingkatan seseorang dalam berkultivasi. Menurut versi ini, setidaknya ada empat tingkat Kultivasi yang dapat diraih oleh manusia, yaitu :
1. Unsur
di tingkatan ini, seseorang dilatih melalui filsafat dan hukum alam sebagai bahan permulaan. Dalam agama Islam, tingkatan ini seperti mempelajari tentang penciptaan manusia dari tanah, jin dari api, dan malaikat dari cahaya.
2. Wahana
orang yang maju ke tingkatan ini, dia akan dilatih dengan ilmu hayati semesta. Di zaman modern, tingkatan ini seperti ilmu sains tentang astronomi, geologi, biologi, kimia, dan fisika. Perlu diingat, astronomi tidak sama dengan astrologi, kimia juga tidak sama dengan alkimia, dan begitu pula seterusnya.
3. Gaman
pada tingkatan ini, seseorang mulai mendapatkan kesulitan yang jauh lebih berat lagi dari tingkatan yang sebelumnya pernah dia kuasai. Dalam tingkatan ini, seseorang dituntut untuk menyatu dengan alam, mengolah, dan menciptakan sesuatu darinya. Di dunia modern, tingkatan ini seperti ilmu teknik tentang kecanggihan teknologi.
4. Bathara
inilah tingkatan mitologis yang menjadi legenda bagi masyarakat zaman kuno, karena sangat jarang sekali ada manusia yang mampu bertahan dan berkultivasi hingga sampai ke tingkatan ini, saking sulitnya hampir mustahil untuk bisa mencapai tingkatan ini, sehingga tingkatan ini hanya menjadi dongeng semata untuk orang-orang zaman dahulu kala. Bisa dikatakan, tingkatan ini ibarat level "Dewa" dalam sebuah permainan video Game.
Keempat tingkatan Kultivasi tersebut memiliki makna, yaitu : "Dewa (Bathara) yang memiliki Senjata (Gaman), menunggangi Kendaraan (Wahana), dan mengendalikan Unsur". Penggambaran tingkat Kultivasi ini seperti contoh : Bathara "Indra" yang memiliki senjata "Vajra", menunggangi "Airavata", dan mengendalikan "Petir". Begitu juga dengan tokoh pewayangan lainnya.
Kesimpulan yang bisa diambil dari sini adalah : "baik di dunia modern ataupun di dunia kuno, baik fiksi maupun realita, seseorang dituntut untuk menggapai tujuannya, entah itu dengan cara yang benar atau dengan cara yang salah. Apapun tema hidup ini, teruslah belajar melangkah maju ke depan. Karena, semakin banyak rintangan yang dihadapi, semakin tinggi pula kekuatannya".