Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi | Tempa

27 Desember 2019   07:47 Diperbarui: 27 Desember 2019   07:47 176 26
Kalau hidupmu susah, hatimu sedih dan kecewa, jiwamu gundah gulana, benakmu risau, kembalilah ke dirimu.
Apakah arti keluh kesahmu?
Apakah hanya untuk diratapi?

Hidup tak semudah membalikkan telapak tangan, tapi meski berpeluh dengan jerih payah, diantara getir dan manis tempaan demi tempaan.

Ajar guru bijak berkata, teruslah berdoa, teruslah berusaha, teruslah berlatih, meskipun tertatih atau terjengkang sekalipun, maka bangkitlah dan berdirilah, teruslah dan lanjutkanlah kembali.

Tanpa tempa, mustahil bongkahan besi bisa jadi sebilah keris ataupun pedang.
Tanpa tempa, mustahil bongkahan bebatuan bisa jadi intan dan permata.

Detak dan detik waktu terus menggelincir.
Sang fajar perlahan mulai menyingsing.
Sang surya lambat laun kian kemilau.
Sinarnya menembus rerimbunnya dedaunan.
Semesta menyambut dengan penuh ketakjuban.

Ajar guru bijak berkata, sudah waktunya menempa, maka mulailah menempa, tempalah hidup dengan penuh ajar hati dan nurani.


Sigit Eka Pribadi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun