Memang tidak dipungkiri, peristiwa penusukan Wiranto yang sering berulang-ulang tayang di TV dan tersebar kemana-mana baik medsos dan youtube ini merupakan berita dan fakta.
Namun yang jadi persoalannya adalah, ketika banyak juga anak-anak yang menontonnya. Dan ini jadi catatan serius yang tidak bisa dipandang dengan sebelah mata, apalagi juga saat ini banyak didapati anak-anak juga tak lepas dari gawai yang ada digenggamannya.
Fenomena penggunaan gawai bagi anak-anak juga bukan lagi menjadi hal yang terlarang diera dekade zaman sekarang ini. Meskipun sudah berbagai upaya dilakukan orang tua untuk mengontrol anak-anaknya dalam berinteraksi menggunakan gawai terkait konten konten didalamnya tapi tetap saja ada yang lepas dari kontrol orang tua.
Memang dalam penggunaan gawai bagi anak anak sangat dibutuhkan ketegasan orang tua, apakah tegas tidak memberikan gawai pada anak sampai dirasa siap memiliki gawai atau tetap memberikan gawai, namun dengan resiko konten-konten di dalamnya. Hanya dua pilihan ini saja bagi orang tua menyangkut tentang kepemilikan gawai bagi anak-anaknya.
Di samping itu yang kebih miris lagi ketika hampir seluruh stasiun TV Indonesia, menyiarkan berita plus cuplikan video penusukan Wiranto yang otomatis akan turut pula ditonton oleh anak-anak. Bisa dibayangkan bukan? bagaimana secara psiksis akan sangat berpengaruh pada nalar dan logika berpikir anak-anak pada saat itu.
Serba salah memang disatu sisi peristiwa tersebut merupakan berita dan fakta, tapi disatu sisi dapat berpengaruh kepada psikis anak-anak yang turut menyaksikan tayangan berita tersebut dan masuk ranah tayangan yang mengandung unsur kekerasan.
Inilah yang menjadi PR orang tua, dalam hal ini peran orang tua sangatlah penting untuk memberikan penjelasan-penjelasan yang dapat diterima sesuai usia dan nalar logis berpikir pada anak.
Seperti misalnya peristiwa Wiranto terkait penjelasan saya pada keponakan saya si Salsa, mungkin apa yang saya jelaskan tersebut masih butuh lagi pemberian pemahaman yang lebih intens lagi dan agar dapat diterima sesuai nalar logis berpikirnya sehingga salsa merasa yakin dan dapat memahami sesuai dengan apa yang beredar dibenaknya.
Tapi yang jelas kasus peristiwa penusukan Wiranto yang lagi populer ini termasuk tayangan dengan unsur kekerasan dan turut membawa dampak psikis yang cukup signifikan pada nalar dan logika pikiran anak-anak.
Hal ini karena dapat menyebabkan trauma yang tersistemik pada otak, menumbuhkan emosi dan agresifitas yang tak terkontrol serta menekan daya pikir dan menjadi pengalaman juga bagi orang tua untuk lebih peka kepada anaknya mengenai tayangan dan konten TV ataupun Gawai.
Tentunya tidak hanya peristiwa tentang penusukan wiranto saja yang jadi persoalan, karena persoalan wiranto hanyalah salah satu contoh kecil saja, mungkin saja masih banyak kasus lain pada tayangan media tv ataupun medsos dan you tube serta konten lainnya pada Gawai yang dapat memperangruhi dampak psikis pada nalar dan logika berpikir anak-anak.
Maka terkait ini para orang tua dituntut harus lebih peka dalam membimbing anak-anaknya bila pada saatnya tiba-tiba anak bertanya tentang hal-hal yang berkaitan diluar nalar dan logika berpikirnya tersebut, yang diperolehnya dari konten-konten di gawainya dan tayangan TV seperti misalnya masalah kriminal lainnya, seks, kekerasan atau hal-hal lainnya.
Semoga kedepan orang tua dapat terus membentengi anak-anaknya dan dapat memberikan edukasi dan bimbingan terhadap psikis anak berkaitan dengan nalar dan logika berpikirnya dalam rangka menyikapi kemajuan zaman yang semakin melesat begitu dinamis ini.
Semoga bermanfaat.
Hanya Berbagi.
Sigit Eka Pribadi.