Menjejakkan diri dalam menekuni hobi menulis bukanlah perkara mudah, apalagi yang baru coba-coba menulis. Betapa butuh perjuangan dan keyakinan yang kuat dalam mengawali langkah untuk menulis.
Ibarat kata mengawali menulis itu layaknya perjuangan hidup, meski harus menghadapi berbagai tantangan yang berat, tertatih tatih, jatuh bangun tetapi harus terus bangkit berdiri demi mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Begitu juga menulis, betapa perjuangan menulis sangat membutuhkan daya pikir dalam menuangkan huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat dan dirangkai sedemikian rupa untuk menjadi sebuah tulisan. Seperti halnya juga pengalaman saya, yang pada awalnya tak ada sedikitpun hasrat untuk menulis.
Bahkan saya sempat menganggap bahwa menulis itu merupakan hal yang tidak berguna, namun ternyata anggapan saya tersebut salah besar, saya malah menyesal, mengapa kok baru sekarang ini saya hobi menulis dan baru mengenal Kompasiana.
Sebenarnya saya pernah pertama kali dikenalkan blog Kompasiana pada 2013 an lalu oleh sahabat saya yaitu bang Subechi (dulu pernah jadi pimred Tribun kaltim dan pimred Kompas.com) namun saya tak menanggapinya. (Sekarang kalo inget ini nyesel mulu bawaannya hehehe)
Saya ingat betul pesannya,
"coba menulis mas sigit, di Kompasiana. Bermanfaat loh mas, banyak penulis hebat dan bermutu disitu. Siapa tahu nanti bermanfaat kalau mas sigit di roling di pemberitaan di kantor mas sigit."(Bang Subechi).
Saya hanya tertawa kecil saat itu dan mengatakan,"ndak lah bang bechi, gak mungkinlah saya dipemberitaan, lha wong saya ga bakat kok."
Namun suatu ketika, tahun 2016 saya terpilih dan diutus oleh kantor untuk belajar di pusat pendidikan, waktu itu adalah pendidikan jurnalistik, selama 3 bulan saya tempuh. Dan disinilah saya mendapat banyak pengetahuan jurnalistik dan disinilah juga saya akhirnya kenal Kompasiana dan resmi jadi anggota Kompasiana. Saat itu ada tugas buat tulisan, maka Guru Militer itu memerintahkan untuk registrasi di Kompasiana(bener kata bang bechi harusnya saya sejak awal gabung Kompasiana)
Dan akhirnya tulisan perdana saya tayang di Kompasiana, tulisan yang saya buat dengan penuh perjuangan, satu tulisan yang membutuhkan waktu 3 jam menyelesaikannya.
Betapa senangnya tatkala tulisan itu tayang di Kompasiana dan langsung HL hehehe,,, Hanya lewat maksudnya, tapi itu sudah senang minta ampun, ada komentar oleh rekan sendiri sesama siswa didik terus ada yang baca, waaahh benar benar heboh banget waktu itu.
Tapi sayang saat itu, kemauan menulis belum terbangun menjadi hobby meskipun sempat jalan 2 bulanan, akhirnya setelah selesai pendidikan karena saya kembali ke tugas saya di Radio, saya tak lagi menulis.
Lalu beranjak 3 tahun kemudian yaitu tahun 2019 ini sekitar bulan Februari lalu, ternyata saya harus diroling dan bertugas dibidang pemberitaan, ternyata apa yang pernah di pesankan bang bechi pada saya jadi kenyataan.
Jadilah saya kalang kabut dan panik, gimana menjalaninya, bagaimana buat berita, bagaimana yah,,, pikir saya. Saat itu saya kembali teringat bahwa saya pernah belajar jurnalistik, maka kembalilah saya membuka lembar demi lembar buku dan ingatan serta belajar kembali.
Tapi ternyata tak cukup sampai disitu saja, satu kali saya membuat konsep berita dan saya kirimkan ke atasan saya, langsung dapat semprotan.
Berita apa ini, isinya muter muter nggak karuan, coba kamu baca lagi sigit!
Atau kau liat itu contoh, media bikin berita seperti apa, gimana Siadibamenya. Coba kamu baca berita punya Kompas!
Beritamu ini ndak jelas, ndak berkualitas!
Wah kena semprot deh saya xixixixi,
Akhirnya saya baca baca lagi berita Kompas, nah saat itulah saya ingat, kalau saya punya akun di Kompasiana, saya coba login kembali ternyata bisa, yeiii, saya kira karena sudah 3 tahun gak aktif langsung di hapus ternyata tidak.
Mulai dari inilah saya banyak belajar dan membaca tulisan tulisan para Kompasianer yang tulisannya keren keren semua, bermutu semua, dan sedikit demi sedikit saya mulai mengetahui bagaimana menulis dan akhirnya sampai jadi hobi seperti sekarang ini.