Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma Pilihan

Ketika Puasa Ramadan di Uji Tukang Parkir

26 Mei 2019   08:50 Diperbarui: 26 Mei 2019   09:20 65 3
Ujian menahan emosi untuk tidak marah saat puasa Ramadhan ternyata cukup berat juga, namun hati jadi bertambah kokoh kesabarannya bila bisa melewati ujian marah tersebut.

Pernah saya alami suatu kejadian saat mampir di salah satu Kampung Ramadhan di Balikpapan bersama istri saat diparkiran motor usai beli takjil, tak sengaja sikut saya menyenggol setang motor di sebelah kanan saya, braaak ada suara yang jatuh.

Ya ampun,,, ternyata helm yang tergantung di spion motor disebelah saya jatuh tergelundung, saat akan saya ambil kembali, sudah didahului oleh tukang parkir yang nampaknya terlihat panik dan marah karena area parkir itu tanggung jawabnya.

Sampeyan ini bagai mana sih mas, ini liat helm orang, sampai lecet dan pecah kaca helmnya, sampeyan harus tangung jawab ini tunggu disini sampai orang yang punya datang ya." Kata Tukang Parkir dengan nada membentak.

Baik mas, saya tanggung jawab saya tunggu pemiliknya datang tapi mas tolong mas, bisakan ngomongnya pelan kan mas" Kata saya.

Saya mengungkapkan itu pada mas tukang parkir itu karena saya melihat istri saya juga kaget akibat bentakan tukang parkir itu pada saya. Saya tegur begitu bukannya memelankan suaranya tapi malahan makin naik pitam si tukang parkirnya.

Eh mas sampeyan ini dikasitau begitu, malah sampeyan ngomongin saya kayak gitu, itu ngotot namanya sampeyan, woii mas asal sampeyan tau ya, saya lama mas pegang tempat ini."kata tukang parkir sambil telunjuknya nunjuk nunjuk muka saya.

Wah ini gak bisa dibiarin nih orang saya juga mulai naik pitam karena ulahnya makin membentak saya, hampir saja saya bertindak maju dengan kata-kata yang sudah saya ingin lontarkan, woi jagaoan kamu ya, main tunjuk tunjuk muka orang, sesuai amarah saya saat itu yang sudah saya tahan-tahan.

Untung saja hal itu tidak terjadi, sesaat saya hendak maju bertindak saya sempat melihat istri saya, tatapannya yang tajam pada saya menyadarkan saya dan mengurungkan niat itu.

Akhirnya saya hanya diam saja, dan menahan amarah saya. Lebih baik diam sajalah daripada makin ribut pikir saya. Tak lama si pemilik motor dan helm datang. Terlihat si tukang parkir mengkonfirmasi peristiwa itu padanya.

Ternyata pemiliknya seorang bapak-bapak, sayapun menghampirinya dan minta maaf dan mengungkapkan tanggung jawab saya untuk mengganti helm si bapak, si bapak menepuk pundak saya, dan berkata saya tadi liat ko mas kejadiannya.

Sudahlah gak papa, tidak usah diganti namanya juga tidak sengaja. Saya sebenarnya bersikeras ingin menggantinya, namun si bapak dengan lembut tetap menampik tawaran saya.

Kembali saya ucapkan terima kasih pada bapak tersebut dan saling bersalaman lagi, dan meninggalkan tempat itu. Istri saya yang melihat semua itu tersenyum lega tanda bersyukur.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun