Seiring munculnya televisi swasta, dunia komedi masuk dalam kesenian tradisional seperti ketoprak humor. Awalnya ketoprak yang hanya menyediakan slot dagelan hanya satu segmen, kini dikemas dari awal hingga akhir penuh dengan humor. Namun acara ini hanya bertahan tak begitu lama, mengingat durasi yang begitu lama.
Lalu munculah group-group komedi baru dari orang-orang muda yang mampu menarik perhatian masyarakat. Group komedi seperti halnya Bagito, Patrio, empat sekawan mendapat acara setengah jam tayangan komedi sitkom. Lambat laun group-group komedi menjadi tak sesering tampil bersama, mereka lebih sering tampil sendiri-sendiri. Group lawak baru sesudahnya juga masih bermunculan, namun bisa dihitung dengan jari dan bernasib sama dengan pendahulunya.
Kemudian berkembang konsep hiburan seperti tayangan Srimulat, diisi oleh gabungan atau personil dari beberapa grup lawak. Lahir tayangan seperti OVJ. Masyarakat kembali bertahan dalam melihat tayangan humor televisi selama kurang lebih satu jam. Alur cerita yang satu jam itu, nampaknya berkembang menjadi beberapa segmen. Satu jam diisi dengan beberapa cerita yang tak ada hubungan satu dengan yang lainnya. Disini Alur cerita tak begitu penting, sering kali banyolan di luar script yang sering terlontar. Terkesan ngawur dan sering kali cara-cara yang tak patut dilihat oleh anak-anak sering dipertontonkan.
Dari humor yang satu jam, lalu beranjak ke setengah jam, dan sekarang humor 10 menit dalam stand up commedy. Kemasan tayang komedi yang begitu cepat berubah seiring berkembangnya jaman, memaksa dunia televisi dan pelaku seni berpikir inovatif dalam menyajikan tayangan komedi yang menarik masyarakat. Namun sayang, banyak cara instant yang ditempuh seperti humor dengan kekerasan dan ungkapan yang tak patut diucapkan sering kali terdengar guna menaikan ratting televisi.