Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Di Balik Kerikil dan Batu Besar

28 September 2013   10:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:16 196 0
Teringat saat perjalanan turun gunung beberapa waktu yang lalu, saat tenaga telah habis, pijakan kaki menjadi tak sekokoh kala mendaki. Akibatnya tentu bisa ditebak, "gedubrak" suara badan yang jatuh akibat terpeleset batu-batu kecil/kerikil. Sudah jalannya pelan-pelan dan hati-hati, masih saja tetap terpeleset akibat pijakan kaki tak kuat. Sudah tak terhitung pantat ini mencium tanah, dan tangan menopang tubuh agar tak terpelanting lebih keras lagi. Berharap perjalanan agar cepat sampai, namun apa daya waktu berjalan terasa sangat lama sekali.

Sering kali dalam hidup ini, kita sering terjatuh oleh hal-hal yang kecil, oleh hal-hal yang sepele. Kerikil sering membuat kita jatuh dari pada sebuah batu besar di tengah jalan. Saat perjalanan hidup tak fokus, sering kali kita mudah jatuh. Pilihan kita, mau bangkit berdiri, atau tinggal diam saja?

Batu besar di tengah jalan, sering kali menghambat perjalanan. Sering kali jika ada alat dan tenaga batu akan segera disingkirkan. Namun jika tak mampu, apalah daya pasti akan dibiarkan. Jika memang cara untuk melewati, hanya dengan memanjat batu besar itu, maka orang akan berusaha menaiki dan memanjat itu batu guna mencapai puncak gunung.

Saat jalan hidup terasa buntu, akibat berbagai persoalan yang menghadang dan tak menemui penyelesaian. Sering orang berhenti di tengah jalan, putus asa, lalu menyerah dan balik badan. Mencari jalan yang enak dengan tak meneruskan perjalanan, atau mencari jalan lain yang belum tentu juga menghantar sampai ke tempat yang di tuju. Batu besar jangan jadikan penghambat namun jadikanlah sebagai pijakan yang kuat dalam kita melangkah dan melompat lebih tinggi lagi. Masalah dan persoalan hidup yang ada sekarang, jangan jadikan penghambat kita untuk melangkah maju. Melainkan sebagai pijakan kita untuk lompatan yang lebih tinggi lagi, karena kita tidak tahu mungkin di depan ada batu besar lagi yang menghadang. Jika batu besar saja kita sudah menyerah, bagaimana dengan batu yang sangat besar lagi yang ada di depan kita?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun