"ketika Aku lapar, engkau tak memberi Aku makan ketika Aku haus, engkau tak memberiKu minum ketika Aku telanjang, engkau tak memberiKu pakaian ketika Aku sakit, engkau tak pernah melawat Aku ketika Aku di penjara, engkau tak pernah menjenguk Ku" kini ketika semua mata tertuju pada sebuah kandang engkau berbondong-bondong melihatKu dengan pakaian yang bagus... dengan segudang rencana pesta yang ada di kepala engkau memandangKu dengan tatapan suka cita memandangKu hanya di malam Natal namun sesudah malam Natal berlalu ketika Aku haus, lapar, sakit, telanjang, di penjara... kemana kalian ? ketika perayaan besar semua berbondong-bondong ingin tampil semua bersemangat ingin memberikan yang terbaik ketika perayaan tlah usai dan kembali ke rutinitas semula kemanakah semangat itu? kemanakah janji-janji tuk menjadi anak-anak Tuhan yang baik? kemanakah janji tuk memberi makan, minum, pakaian, melawat Aku di penjara dan di rumah sakit? Natal jika dipandang sebagai rutinitas tahunan, sebagai pesta dan perayaan hanya akan menguap dan berlalu begitu saja. Namun jika natal benar-benar dihayati dari hati, akan membekas dalam hati dan tak pernah terhapus oleh waktu. Natal itu semangat melayani...melayani dan terus melayani... Natal itu tak pernah lelah memberikan cahaya demi cahaya. Bukan cahaya di malam ini saja, namun cahaya di hari-hari selanjutnya. Cahaya yang membawa sukacita bagi sesama.
KEMBALI KE ARTIKEL